Friday, April 26, 2013

Workshop untuk Anak: Menulis Itu Menyenangkan!

Kalau selama ini dibilang menulis adalah hal yang bosenin, itu semua salah. Kenapa? Karena adik-adik dari SD PSKD Menteng udah ngebuktiin kalau nulis adalah hal yang menyenangkan!

Jadi ceritanya kemarin, 25 April 2013 PlotPoit dapat kesempatan untuk mengisi workshop penulisan kreatif untuk adik-adik murid kelas 4,5 dan 6. Kita mengajak Kak Sundea @salamatahari untuk kasih semangat menulis kepada mereka.



Kak Sundea lagi jadi es krim
Es krim jadi tokoh utama di workshop ini. Adik-adik dibebaskan untuk menggambar es krim sundae sesuai imajinasi mereka. Setelah itu, mereka harus mendeskripsikan gambar yang mereka buat untuk dibacain ke temen temennya. Karena, Sundea ingin menekankan, bahwa menulis itu menyenangkan!


Adik-adik dari SD PSKD sudah siap untuk workshop menulis kreatif :)

Adik-adik yang sangat kreatif dan kooperatif ini makin mengeluarkan ide- ide gilanya ketika kita minta untuk bikin cerita berantai, kali ini temanya bebas! Semangat mereka untuk membacakan cerita di depan sangat terlihat, bahkan beberapa di antaranya sampai ada yang rela ngantri buat mendapatkan giliran.


Ini nih, adik-adik yang pertama membacakan cerita di depan kelas ;)

Salah satu peserta yang sedang mendeskripsikan gambar yang dibuat



Bukan hanya membacakan cerita, adik-adik di SD PSKD Menteng ini bahkan ada yang menambahkan aksi teatrikal dan dubbing untuk mendukung kekuatan cerita mereka. Lucunya lagi, ada salah satu adik yang membuat cerita dengan bahasa mandarin. Wow!



Membacakan cerita dalam bahasa mandarin
 Keceriaan adik-adik saat lagi gambar karakter es krim :D

Meminta bantuan teman untuk menjadi salah satu karakter dalam cerita yang dibuat :D

Nah, itu tadi guys laporan Tim Workhop PlotPoint dari SD PSKD Menteng. Terima kasih untuk keceriaannya ya, adik-adik SD PSKD Menteng! Sampai ketemu lagi di workshop selanjutnya :)

Wednesday, April 24, 2013

Interview Alumni Kelas Novel PlotPoint : Josefine Putri



Halo!

Kalian sudah tahu kan kalo PlotPoint secara rutin mengadakan workshop penulisan novel bersama Clara Ng? Nah, kali ini kita bincang-bincang yuk dengan salah satu alumni Kelas Novel Plotpoint periode Maret 2012 yang melalui program Clara Ng Book Project mengeluarkan buku #3BurungKecil bersama 2 orang rekannya di workshop ini. Yuk simak bincang-bincang kami dengan Josefine Yaputri atau yang akrab disapa Sefin. 



Kenapa sih kamu tertarik ikutan kelas menulis novel?
Karena aku memang sudah mencintai menulis sejak kecil, tapi untuk menerbitkan novel sendiri belum kesampaian dan harapannya dengan ikutan kelas menulis novel aku menjadi mengerti teknik menulis novel yang baik.

Sebelum kamu ikut kelas mba Clara, gimana kamu melihat novel dan film?
Aku nggak secara spesifik memilih bacaan atau tontonan untukku pribadi, tapi sejak ikut kelas menulis novel aku menjadi lebih aware bahwa bacaan dan tontonan mempengaruhi gaya tulisan dan bahasaku. Jadi aku sekarang lebih pilih-pilih bacaan dan tontonan supaya tulisanku juga berbobot.

Ada yang berubah setelah ikut kelasnya mba Clara? Ceritain dong...
Lebih gampang untuk mulai menulis karena sebelumnya aku selalu mencari-cari alasan untuk tidak menulis karena takut hasilnya jelek, tapi sekarang aku lebih berani untuk menulis dan let it flow aja. Begitu selesai, baru aku baca ulang dan revisi. Aku menjadi lebih teliti dalam menulis, sih. Nggak sekadar impulsif karena lagi kepingin menulis saja. Aku juga jadi lebih rajin ikutan lomba-lomba menulis sebagai sarana latihan menulis.

Novel "Tiga Burung Kecil"
ditulis oleh Sefiin bersama Mikha & Tj
Alumni kelas novel dasar bersama Clara Ng

Emang apa aja sih yang diajarin mba Clara?
Deskripsi karakter, plot, setting, juga konsistensi. Aku suka bagian setting karena membuatku lebih peka terhadap sekitar dan benar-benar menggunakan kelima panca indra.

Ada kejadian menarik selama ikut kelas mba Clara?
Ketemu orang-orang yang berasal dari lingkar pertemanan yang sama. Ketemu orang-orang yang memiliki passion menulis yang sama meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda.

Selanjutnya, apa rencana kamu selepas mengikuti kelas ini?
Aku baru mau memulai nulis novel lagi, terutama dari draft kelas kemarin. Karena sebelumnya masih nulis untuk proyek novel bareng Plotpoint (Clara Ng Book Project), kan... Doain ya supaya aku bisa menyelesaikan draft novelku tahun ini.

Apa kegiatan kamu sekarang?
Yang berhubungan dengan dunia penulisan, aku sekarang lebih aktif nulis blog. Selain itu aku juga menjadi Head of Editors di divisi Publication Merry Riana Campus Ambassador. Semester ini aku juga mengikuti kelas penulisan kreatif prosa supaya bisa belajar lebih banyak lagi tentang dunia penulisan. Kalau kegiatan lain sih aku kuliah dan masih berkampanye #SaveSharks bareng Riyanni Djangkaru. :)


Sekian, guys, bincang-bincang dengan Sefin. Nantikan obrolan dengan alumni kelas Plotpoint yang lain yah! :)

Minat mengikuti jejak Sefin untuk menulis novel? Silakan hubungi kontak dibawah ini, ya. ;)

021 34220888/ 021 75902920 
daftar@tulissekarang.com
 
@_PlotPoint
 
YM: tulissekarang
 
www.plotpointkreatif.com



#WriterZodiak



Guys, buat kamu yang ketingalan #WriterZodiak hari Minggu 21 April bisa baca disini. 



pos33.blogspot.com

Aquarius
Yuk! berusaha untuk lebih disiplin dalam menjalankan rencana yang telah kamu susun sebelumnya.

Pisces
Jaga kesehatan kamu yah! banyak kesempatan yang menanti kamu.

Aries
Pilihlah waktu yang benar-benar tepat untuk kamu bersantai sambil membaca buku ringan.

Taurus
Lakukan inovasi lebih agar karya kamu hasilnya lebih menarik dan memuaskan. J

Gemini
Berhati-hati lah dalam setiap melakukan sesuatu. Jangan sampai orang lain salah paham dalam mengartikan maksud kamu.

Cancer
Kesempatan tidak akan datang dua kali loh!

Leo
Perbedaan bukan halangan untuk mewujudkan semua ekspektasi yang kamu punya. Perbedaan bisa memunculkan ide-ide baru untuk kamu.

Virgo
Semakin banyak saingan semakin teruji kekuatan kamu. Tetap percaya diri yah! J

Libra
Ada kalanya harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetap semangat untuk membuat karya-karya yang baru. J

Scorpio
Apa yang kamu pikirkan sebelumnya belum tentu dengan kenyataan.

Sagitarius
Keseriusan dalam menjalani sesuatu adalah hal utama yang harus kamu lakukan.

Capricorn
Jangan terpengaruh omongan orang lain walaupun meyakinkan. Ada baiknya kamu percaya dengan konsep yang telah dipersiapkan sendiri.

[EVENT] Meet & Greet Pintu Harmonika

Guys and Gals,

Ada yang sudah baca novel Pintu Harmonika karya Clara Ng dan Icha Rahmanti ini? 





Mau ketemu penulisnya? Mau ketemu sama Filmmaker-nya juga?


Datang yuk ke acara yang diadakan oleh Plotpoint! ;)


Meet and Greet Penulis dan Filmmaker Pintu Harmonika

Hari Minggu, 28 April 2013
14.00-16.00
Gramedia Mall Taman Anggrek





Disana kalian bisa sekalian booksigning lho! Kalau belum memiliki bukunya, bisa didapatkan juga disana. 


Jangan sampai terlewat ya!


See you! ;)


Intip-intip #WorkshopKreatif : Skenario FTV

Halo!

Bosan dengan cerita FTV yang klise, karakter yang nggak masuk akal, dialog dan alur cerita yang dipaksakan? 

Nah, kenapa nggak coba tulis aja ceritanya sendiri? 


Bermodal protes dengan kualitas FTV, kamu punya banyak kesempatan untuk bikin cerita FTV sekeren film bioskop.


PlotPoint akan mengajak kamu membuat cerita yang menarik, unik dan diterima oleh pasar.

Kami membuka kelas penulisan skenario FTV yang akan dimentori oleh Bagus Bramanti, seorang penulis skenario, head writer di Wahana Penulis, story developer, script consultant dan pengajar skenario. 


Bagus Bramanti sudah menuliskan banyak skenario untuk beberapa stasiun televisi. Ia mengawali karir menulisnya sebagai co writer dalam Sitcom Series "Kejar Tayang" Trans TV. Selanjutnya sempat menulis serial anak semi animasi "Petualangan Didi Tikus" di MNC TV. Ia bergabung dengan Wahana Penulis di pertengahan tahun 2011 dan berkolaborasi dalam tim Serial "Duet" di KOMPAS TV.

Karir penulisan FTVnya dimulai ketika menulis beberapa episode Antologi Kriminal KOMPAS TV yaitu : Gelap Mata, Tunggu Giliran Kalian, Setor Nyawa dan Satu Pistol Enam NyaliKarya-karya awalnya di Wahana Penulis menuntunnya untuk tergabung dalam tim penulis Serial Laskar Pelangi SCTV. Selanjutnya beberapa FTV untuk RCTI ditulis, diantaranya "Jangan Kembali Ke Jakarta" dan "Tunangan Untuk Mantan". Hingga sekarang Ia bertindak sebagai head writer untuk beberapa program FTV/antologi di Wahana Penulis.


Keterampilan menulis film bioskop didapatnya melalui pengalamannya menjadi asisten penulis Salman Aristo, seorang penulis senior terkemuka di Indonesia. Beberapa hasil karyanya sebagai asisten penulis adalah : "Jasmine, The Final Fist"( film pertama Brunei Darussalam), Si Jalu (KG Studio) dan Skak Mat (KG Studio). Semua film tersebut masih dalam tahap on developmentSelanjutnya ia berkolaborasi bersama Gina.S.Noer dan Sigi Wimala dalam sebuah cerita pendek dalam rangkaian film omnibus berjudul Pintu Harmonika.


Karir sebagai story developer dan consultant dimulai lewat film Jakarta Hati, Si Jalu, Cinta Dalam Kardus dan Skak MatIa juga menghabiskan waktu mengajar skenario di SAE Institute dan secara kontinyu mengasah kemampuan teknik skenarionya. 

Di kelas ini Bagus akan mengajarkan formula khusus yang merupakan kombinasi dari 3 act structure 8 sequence, 12 stages Hero's Journey serta beberapa formula klasik televisi seperti 4 act, 5 act dan 7 act. Melalui pengalaman yang dilahapnya di industri televisi, dia siap berbagi teknik bertutur FTV sekeren film bioskop.

Kelas ini diadakan tiap Sabtu, jam 11.00-15.00

Sebanyak 8 kali pertemuan.


Workshop akan diadakan di kantor PlotPoint 

Jl. Puri Mutiara II No.7, Cipete, Jakarta Selatan.


Kelas penulisan skenario ini bukan hanya sekedar kelas, karena nantinya setelah mengikuti kelas ini peserta dengan kualitas skenario yang baik, memiliki kesempatan untuk bergabung di
project FTV Wahana Penulis, secara professional.

Ayo segera daftar di:

021 34220888/ 021 75902920
daftar@tulissekarang.com
@_PlotPoint
YM: tulissekarang
www.plotpointkreatif.com

Friday, April 19, 2013

[Cerita Spesial] Bau Bangkai (sebuah cerita mengenai UN 2011)




"Bawa buku ini, kemanapun Anda pergi. Jadikan ia sebagai pengingat, bahwa nyawa mimpi kita tergantung seberapa besar semangat kita untuk mencapainya" - Pandji Pragiwaksono (Musisi, Komika, penulis buku Nasional.Is.Me dan Berani Mengubah)

“Di saat kita sering kali dihujani badai pesimisme terhadap bangsa dan negara, Anak-anak Angin muncul dengan kehangatan dari kisah-kisah kecil yang tidak kita dengar setiap hari, tetapi justru akan selalu membekas di hati.” - Alanda Kariza (pendiri Indonesian Youth Conference, penulis Dream Catcher)




Ini adalah satu cerita dari buku Anak-anak Angin, dari keping perjalanan Bayu Adi Persada seorang Pengajar Muda angkatan pertama Gerakan Indonesia Mengajar di Desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Buku ini adalah buku catatan selama setahun mengajar pertama yang ditulis secara utuh oleh seorang Pengajar Muda.



oleh: Bayu Adi Persada (@adipersada)
fotografer: Edward Suhadi (@edwardsuhadi)



Bau Bangkai


Seperti bangkai, kecurangan yang disembunyikan lama kelamaan akan tercium juga baunya. Ketika sudah tercium, tak ada lagi rasa simpati. Bangkai hanya meninggalkan jijik dan keengganan untuk kita menyaksikannya. Apalagi untuk mendekatinya. Walaupun begitu, jikalau ada bangkai di rumah kita, pasti harus kita singkirkan agar baunya tidak cepat menyebar dan kita terhindar dari penyakit yang disebabkan ribuan bakteri yang hidup di dalamnya. 

Bagaimana kalau bangkainya banyak? Banyak pula orang yang sengaja menyimpannya tanpa membuangnya? Tugas semakin berat. Bau busuk sudah menyengat. Kita sibuk membereskan bangkai yang satu, sedang bangkai-bangkai lain masih tercium jelas busuknya. Situasi yang pelik.

Sebagai insan yang memegang teguh paham ilahiah, penting bagiku untuk terus menjaga keyakinan. Aku yakin bahwa semua akan baik pada waktunya, walaupun hati terus menyimpan pertanyaan besar. Kapan?

**

Seminggu dua kali aku mengajar anak-anak Pondok Pesantren. Pelajarannya Matematika, salah satu pelajaran favoritku waktu SMA dulu. Karena mereka jurusan IPS, materi Matematikanya masih dasar, tidak terlalu rumit seperti integral, kurva, dan lain-lainnya. Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir berenang lagi di dalamnya.

Jujur, pada awalnya cukup sulit mengajar mereka. Kemampuan dasar anak-anak itu masih sangat kurang. Maklum, sudah dua tahun ini pondok kekurangan guru pelajaran umum yang siap mengajar di kelas. Kalau guru agama sih, banyak. Di desa ini banyak ulama dan ustaz. Itu mengapa Ustaz Rahman, kepala sekolah Madrasah Aliyah, meminta agar aku dan Adhi membantu mengajar di sana. Kami tak keberatan. Selama bisa berbagi, kenapa harus menolak?

Tinggal dua bulan sebelum Ujian Nasional ketika pertama kali aku masuk kelas, tugas yang sama sekali tidak ringan untuk membantu mereka lulus ujian. Kelulusan memang ditentukan oleh sekolah masing-masing, tapi tetap saja nilai UN menentukan. Kalau nilainya di bawah batas tertentu, otomatis anak “masuk kotak”. Tantangan lain, tipe soal UN dijadikan lima jenis. Berarti, dalam satu kelas, ada lima soal berbeda. Secara logis cara ini sangat mungkin meminimalisasi kecurangan.

Sudah dua tahun mereka tidak belajar Matematika. Perkalian dan pembagian masih banyak yang belum hafal. Penjumlahan dan pengurangan terkadang masih salah. Empat kemampuan dasar itu jauh dari mumpuni. Aku harus sabar dan telaten mengajar. Konsekuensinya, aku mesti menambah jam belajar dan mengurangi waktu istirahat siang. Bagaimanapun, aku percaya hal itu layak dilakukan.

Aku sempat marah suatu kali ketika hanya sedikit orang yang datang di kelas. Kebanyakan dari mereka masih tidur siang. Aku emosional sekali karena mereka seperti meremehkan hal besar yang akan datang, UN, sebuah penentuan untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Aku mempertanyakan komitmen dan keinginan mereka untuk lulus.

Malamnya mereka berbondong-bondong datang ke rumah untuk meminta maaf. Setelah itu, alhamdulillah mereka jauh lebih semangat dan antusias, walaupun masih sangat kesulitan. Aku sangat menghargai semangat mereka.

Minggu berganti bulan, waktu semakin dekat ke Ujian Nasional. Kemampuan beberapa orang, seperti Udin, Tabrani, dan Nahwa, jauh meningkat. Mereka sudah bisa mengerjakan persamaan suku banyak, turunan, dan limit. Namun masih banyak anak lain yang jauh dari siap. Aku pun sampai bingung bagaimana mengajar mereka. Entah saranku untuk belajar di luar jam kelas dilaksanakan atau tidak. Yang jelas, tidak ada perubahan signifikan bagi beberapa orang. Sebut saja Lutfi, Ahmad, Isra, Mu’min, dan Arnawi yang bahkan belum hafal perkalian. 

Seminggu sebelum Ujian Nasional, sebagian besar kelas III mengikuti STQ (Seleksi Tilawatil Quran) di Desa Saketa, dua jam perjalanan laut dari Bibinoi. Ini acara besar kabupaten. Banyak anak kelas III menjadi andalan desa untuk mewakili kabupaten di tingkat provinsi. Jika menang di tingkat provinsi, mereka akan dikirimkan ke acara maha besarnya, MTQ, di Jakarta. Alhasil, dari dua belas anak kelas III, yang tersisa hanya enam orang.

Kebetulan anak kelas III yang tinggal di desa adalah mereka yang belum siap ujian menurut penilaianku. Jadi, dua hari sebelum ujian, kuberi mereka materi untuk mematangkan kembali kemampuan dasar. Meskipun saat aku menyudahi pelajaran masih ada kekurangan di sana-sini, tak masalah, yang terpenting mereka sudah berusaha mengerti.

Puncaknya, pada H-1 sebelum Ujian Nasional Matematika, kuminta mereka berkumpul pada siang hari untuk mendapatkan materi terakhir. Aku memberikan kilas balik dari apa yang sudah dipelajari. Aku tidak mengajarkan semua materi yang keluar di ujian. Dari awal, aku menargetkan mereka untuk benar minimal 16-18 nomor saja dari 40 soal. Jika berhasil, mereka akan dapat nilai 4,0-4,5, yang berarti lolos dari lubang jarum.

Hari itu aku benar-benar menghabiskan waktu istirahat untuk mengajar mereka. Dari siang, selepas sekolah dan makan siang, aku langsung berangkat ke pondok. Mengajar sampai menjelang Magrib. Kemudian mengajar lagi setelah Isya.

Pelajaran hari itu berakhir pukul 11 malam. Aku merasa sudah melakukan apa yang aku bisa untuk membantu mereka lulus. Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa. Pesanku, jangan lupa salat malam agar dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali segar saat dihadapkan dengan soal-soal. Aku menutup kelas dengan berkata semoga apa yang kuajarkan dapat bermanfaat untuk mereka.

Pukul 11 malam aku sudah amat lelah. Sesampai di rumah, aku tak bisa tidur karena sebelum mengajar tadi minum kopi. Aneh, badan tidak bisa dikompromikan tapi pikiran masih melayang ke mana-mana. Salah satu pikiranku, apakah anak-anak itu bisa menjawab soal besok? Di dalam hati, aku meminta kepada Tuhan untuk memberikan mereka mukjizat.

Hari H pun tiba. Aku minta izin kepada Pak Adin untuk mengawas ujian di Pondok Pesantren lalu lekas berangkat ke lokasi ujian. Bangunannya tak jauh dari SDN Bibinoi, hanya dua ratus meter jaraknya. Di sana, aku bertemu Ustaz Ahmad, salah seorang guru Pondok Pesantren, yang sudah berada di dalam kelas. Di jadwal tertulis aku mengawas sendirian. Setelah aku masuk, Ustaz Ahmad beranjak keluar ruangan.

Anak-anak sudah mulai mengisi lembar jawaban. Mereka terlihat mengisi data dengan saksama, tak ingin meninggalkan celah kosong pada setiap bulatan. Lama sekali mereka mengisi data-data itu, lima belas menit lebih. Aku jadi tak tega mengambil waktu mereka untuk mengerjakan soal yang hanya dua jam. Akhirnya kuputuskan untuk menghitung waktu setelah mereka selesai mengisi printilan data.

Waktu mengerjakan soal dimulai. Buatku, ini adalah pembuktian sejauh mana aku berhasil mengajar anak-anak ini.

Aku sendiri mencoba membuat kunci jawaban dengan mengerjakan soal yang ada. Satu demi satu soal selesai hingga tak terasa sampai nomor 40. Aku sebenarnya tak menyangka bisa mengerjakan 38 soal dengan yakin benar. Wah, pikirku, ini bisa jadi acuan untuk memeriksa jawaban anak-anak nanti, gambaran nilai akhir bisa langsung didapatkan.

Tapi aku sedikit heran kenapa anak-anak itu terlihat tidak menghitung sama sekali. Mencorat-coret sedikit sekali, lembar soal mereka bersih. Padahal aku sudah mengizinkan mereka berhitung di atas lembar tersebut. Meskipun ada larangan mencoret lembar soal, aku tetap memberikan perintah itu. Pikirku, agar lebih praktis. Lagi pula lembar soal tidak dikumpulkan kembali dan menjadi milik sekolah.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Mereka berhasil juga menyelesaikan semua soal yang ada. Menurutku, kualitas soal cukup baik. Artinya tidak terlalu sulit, tetapi tidak mudah juga dijawab. Cocok dengan kisi-kisi dan standar kompetensi lulusan. Tidak seperti soal Ujian Sekolah yang dibuat DisDik (Dinas Pendidikan) Kabupaten sebulan sebelumnya yang kacau-balau. Integral dimasukkan ke soal IPS. 

Dalam asumsiku, mereka banyak menebak jawaban. Harapanku, mudah-mudahan tebakan mereka benar. Mukjizat itu benar adanya kok.

Sekali lagi aku heran ketika tak menemukan perhitungan yang komplet dari corat-coret semua anak pada lembar soal mereka. Hanya sepotong-sepotong saja. Paling hanya Udin dan Nahwa yang lembar soalnya paling “kotor”.

Anak-anak kuminta menyalin jawaban di selembar kertas. Maksudnya, agar aku bisa langsung memberikan gambaran nilai kasar kepada mereka. Aku sudah membuat kunci jawaban untuk soal dengan Kode 52. Di kelas, hanya Nasrun dan Mu’min yang mendapat soal dengan kode itu. Karena penasaran, sesaat setelah lembar jawaban mereka dikumpulkan, aku langsung memeriksa hasil pekerjaan mereka. Tak menaruh ekspektasi besar tapi bagaimanapun sangat berharap agar hasilnya baik.

Dan... alhamdulillah! Mereka mendapat angka di kisaran 5 dengan 20 soal benar. Jika hitunganku tepat, mereka pasti lulus.

Aku sangat bersemangat memberitahu mereka kabar baik ini. Siang itu juga aku langsung menyampaikan keyakinanku akan kelulusan mereka dalam ujian Matematika. Di luar dugaan, ekspresi mereka biasa saja. Hanya tersenyum dan ikut berkata, alhamdulillah. Ah, tak usah banyak prasangkakataku dalam hati. Membuat mereka lulus saja sudah memberikan kebanggaan tersendiri untuk diri pribadi. Seperti yang kubilang, ini adalah pembuktian proses belajar
selama ini.

Setelah semua orang keluar, aku memberitahu Ustaz Rahman bahwa insya Allah sudah dua murid yang lulus ujian Matematika. Beliau sangat terkejut seraya senang dan bersyukur. Ekspresinya tidak dibuat-buat. Terlihat dari raut wajahnya. Tulus.

Di rumah, aku sangat bersemangat ingin memeriksa hasil ujian anak-anak lain. Sesampainya di kamar, aku langsung membuka berkas soal dan jawaban. Satu persatu kuperiksa. Nilai mereka luar biasa. Semuanya di atas lima. Senang sekali nilai mereka baik. Jauh lebih baik daripada bayanganku.

Akan tetapi, perasaan itu sedikit demi sedikit pudar. Antusiasmeku makin lama makin hilang tak berbekas. Ada indikasi kecurangan dari jawaban-jawaban mereka. Aku tertegun. Malu.

Dari sembilan orang yang kuperiksa, rata-rata nilainya sama, 5 sampai 6. Dengan jumlah benar 20-24 soal. Anehnya, jawaban mereka hampir 90% sama untuk soal-soal tertentu. Seperti sudah dihafalkan. Kalau menebak jawaban, masa sih, sama dengan jawaban teman? Selain itu, sepanjang ujian, aku mengawasi mereka dengan ketat.

Dugaan akan adanya kecurangan semakin kuat mengingat tingkah laku mereka tadi saat ujian. Pantas saja lembar soalnya bersih tak berbekas! Buat apa menghitung kalau sudah tahu jawabannya? Mereka sudah hafal soal dan jawaban.

Dengan adanya lima tipe soal di kelas dan fakta bahwa jawaban mereka sama untuk soal-soal tertentu, kuduga mereka sudah mendapatkan soal beserta jawabannya pada hari sebelumnya. Meskipun kode soal berbeda, sebenarnya isi soal sama, hanya dibedakan saja nomornya. Jadi, tinggal menghafal soal ini dan jawaban itu. Beres. Astaghfirullah.

Aku kecewa berat. 

Setelah ujian, Ustaz Rahman sempat bercerita, Dinas Pendidikan menjual kunci jawaban sebesar 500 ribu rupiah pada setiap kepala sekolah. “Iuran” ini bersifat wajib. Namun, Ustaz Rahman bercerita bahwa dia bisa menghindari oknum tersebut dengan menitipkan berkas soal pada orang yang dia percayai. Saat itu aku percaya betul ucapan beliau. Kupikir, Ustaz Rahman bukan orang yang seperti oknum itu. Aku yakin beliau punya harga diri untuk menolak tindakan haram tersebut.

Sekarang aku tidak tahu siapa yang harus dipercayai. Aku amat yakin bahwa anak-anak sudah mendapatkan jawaban soal itu entah kapan. Aku berani mempertaruhkan segalanya untuk dugaanku ini. Bukan tanpa alasan. Aku punya bukti yang sahih. Masalahnya sekarang, dari mana mereka mendapatkan jawaban itu?

Aku tak tahu jawabannya. Aku hanya merasa kalah. Bodoh. Dikhianati. Dibohongi. Tak berguna. Lelah. Sia-sia.

Percuma selama ini menghabiskan waktu untuk mengajar mereka kalau akhirnya begini juga. Apa gunanya belajar siang malam, bahkan berdoa, kalau pada akhirnya mereka pasti lulus? Tak perlu belajar, tak perlu berdoa, mereka pasti akan dibantu.

Aku tak sanggup lagi memeriksa sisa ujian itu. Aku bahkan tak sudi lagi melihat tumpukan lembar jawaban dan soal itu. Benar-benar merasa ditipu. Dalam bayanganku, saat malam terakhir memberi pesan pada mereka, mungkin dalam hati mereka berkata, “Terserah deh! Bapak kan nggak tahu apa-apa.”

**

Ibaratnya aku mencoba membuang bangkai di rumah mereka, tapi justru mereka sendiri yang mencegah bangkai itu disingkirkan, hingga rumah semakin kotor dan bau.

Dengan berat hati, aku masih berani percaya semuanya akan baik pada waktunya. Akan tetapi, kapan adalah pertanyaan yang hanya Tuhan yang tahu jawabannya.

19 April 2011



“Dedikasi anak negeri, untuk anak negeri. Sangat membangun!” - Abdul Gofar Hilman (Penulis Kotbah Timeline, Penyiar radio 87.6 Hard Rock FM Jakarta)

“Pernah terpikir untuk menuruti kata hati yang dinilai orang lain sebagai ide yang absurd? Bacalah buku ini dan lakukan! Buatlah lembaran-lembaran hidupmu semenarik lembaran-lembaran buku ini.” - Sammy Bramantyo (Bassis Seringai, penyiar 98.7 Gen FM Jakarta)


***

Bau Bangkai adalah salah satu kepingan cerita dari buku Anak-Anak Angin yang ditulis oleh Bayu Adi Persada yang akan terbit pada bulan Mei 2013. 

Sinopsis
Angin akan berembus mengikuti arah nasib. Setidaknya itu yang dikira Bayu Adi Persada pada awalnya. Bayu adalah salah seorang dari 51 anggota angkatan pertama gerakan Pengajar Muda Indonesia.

Nasib membawa Bayu dari rasa kalah karena ditolak oleh perusahaan multinasional ke Desa Bibinoi di Halmahera Selatan. Di sini dia bertemu dengan anak-anak angin: anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan.

Namun bukan cuma mereka yang belajar. Bayu juga belajar banyak dari mereka. Dia belajar bahwa niat baik dan kekerasan hati saja tak cukup untuk mengubah keadaan. Belajar bahwa solusi hidup bukanlah kata-kata motivasi, tapi tindakan nyata, meski sesederhana menghentikan tangis salah seorang anak terpintar di kelas 3 yang frustasi karena tak bisa menulis huruf 'a' kecil.

Bayu akhirnya menghadapi masalah-masalah baru dalam hidupnya. Bukan cuma anak yang tak bisa membaca dan bandel, tapi juga keadaan masyarakat serta sistem pendidikan yang memungkinkan celah penyelewengan.

Ini adalah sebuah wajah pendidikan kita. Ini adalah sebuah cerita dari anak-anak yang tak muncul dalam berita. Ini adalah catatan seorang anak muda yang belajar bahwa hidup tak boleh sekadar mengikuti arah angin nasib.

Sunday, April 14, 2013

Sekilas Mengenai Nh. Dini

Kali ini, PlotPoint mau membahas mengenai penulis-penulis berkualitas yang dimiliki Indonesia. Ada banyak banget, guys. Tapi coba kita mulai dari seorang penulis perempuan yang karyanya cukup membekas di hati para pecinta buku Indonesia. 

Sumber foto: sunardian.blogspot.com 

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih dikenal dengan nama pena Nh. Dini. Beliau lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936. Beliau dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Beliau anak bungsu dari lima bersaudara. 

Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, Beliau sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Pada usia 15 tahun, Beliau menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar. Langkahnya semakin mantap ketika ia memenangi lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah.

Walau sudah mendapatkan penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand, tapi Beliau tetap berendah hati. Beliau mengaku hanya sebagai seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Beberapa karyanya adalah Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati(1986), Hati yang Damai (1998). Karya-karya tersebut belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Karya Nh. Dini adalah karya yang dikagumi. Beliau dikenal memiliki teknik penulisan konvensional. Namun menurutnya teknik bukan tujuan melainkan sekedar alat. Tujuannya adalah tema dan ide. Tidak heran bila kemampuan teknik penulisannya disertai dengan kekayaan dukungan tema yang sarat ide cemerlang.


Nah, itu tadi sedikit info tentang penulis Nh Dini. Nantikan artikel seputar penulis Indonesia lainnya di blog kami ya...


Sumber: Berbagai sumber

#WriterZodiak Minggu 14 April 2013

14 April - 20 April 2013

Aquarius
Jika kamu memiliki ide cemerlang, maka keluarkanlah semua ide tersebut. Ide kamu bisa membuat org lain kagum.

Pisces
Semangat kamu menulis minggu ini msh tetap stabil dan tergaja. SEMANGAT!

Aries
Bekerja terus-menurus bisa membuat kamu stress. Yuk luangkan waktu untuk membaca buku-buku ringan yg bisa menghibur kamu.

Taurus
Sesibuk apa pun kegiatan yg kamu lakukan, jgn terlalu menekankan diri sendiri. Sempatkan diri untuk merileksasikan diri dan tubuh.

Gemini
Membaca buku pengembangan diri bisa membantu kamu mengatasi emosi.

Cancer
Cobalah mencari sesuatu yg bisa membangkitkan semangat kamu kembali. Ada target yg harus kamu kejar.

Leo
Mempertahankan dan menjaga hubungan dgn setip org perlu lho. Bisa saja mereka adalah org yg akan membantu kamu untuk mewujudkan mimpi kamu.

Virgo
Jaga kesehatan kamu dgn baik karena banyak rencana yg harus kamu kerjakan.

Libra
Cobalah selesaikan pelan-pelan tulisan yg sedang kamu kerjakan. Jgn terbawa emosi.

Scorpio
Ditolak itu memang sedih, tpi jgn patah semangat untuk tetap berkarya. Pasti tulisan kamu bisa diterbitkan.

Sagitarius
Saat ini merupakan waktu yg tepat untuk melawan kelemahan yg kamu miliki. Jgn takut untuk memulai suatu tulisan.

Capricorn
Apapun masalah apapun yg kamu hadapai, berhentilah untuk mengeluh.

Thursday, April 11, 2013

#WriterZodiak Minggu 7 April 2013


Buat kalian yang ketinggal #WriterZodiak hari Minggu 7 April kemarin bisa kamu baca selengkapnya disini. 

Aquarius
Segera keluarkan semua ide dan segala pikiran brilian kamu.

Aries
Kamu harus menghargai pendapat org lain tweeps. segala masukan dan kritikan akan membuat kamu menjadi lbh baik.

Taurus
Rencanakan sesuatu yg menyenangkan agar tulisanmu lebih berwarna.

Gemini
Hindari stress pada minggu ini, karena bisa membuat aktivitas menulis kamu terganggu.

Cancer
Kamu sedang sibuk mengejar mimpimu menjadi penulis? Lakukan segala hal untuk mencapai mimpi kamu ya.

Leo
Jangan sia-sia kan peluang. Lakukan bebrapa cara untuk menyegarkan pikirin, misalnya membaca buku-buku ringan.

Libra
Bicarakan baik-baik dgn diri kamu, tweeps, apa sebenarnya yg ingin kamu ceritakan di dlm tulisan kamu saat ini.

Scorpio
Cobalah tetap fokus dgn apa yg sedang kamu kerjakan.

Sagitarius
Kesibukan minggu ini akan berdampak pada kesehatan kamu. Jaga kesehatan dgn baik, tweeps. Kesehatan itu berharga.

Capricorn
Terlalu banyak menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan, tanpa bertindak dan menorehkannya di kertas. 

Virgo
Romantis akan menyenyoroti hari-hari kamu minggu ini mulai dari buku yg kamu baca sampai tulisan kamu. 

Pieces
Buku bacaan ringan bisa membantu mengatasi stress kamu di minggu ini.

Friday, April 5, 2013

=== SEJARAH PEMBATAS BUKU ===

Adakah diantara kalian yang jika sedang membaca buku harus mempunyai pembatas buku? Atau justru ada yang mengoleksi pembatas buku? Ya, pembatas buku berguna banget menjadi penanda bacaan kita daripada melipat ujung kertas untuk menjadi penanda. Dalam artikel ini,
PlotPoint akan berbagi mengenai sejarah pembatas buku. 

Pembatas buku biasanya terbuat dari kertas tebal/kartu, kulit imitasi, atau kain. Gunanya adalah menjadi penanda dan memudahkan pembaca kembali ke halaman terakhir yang kalian baca. 

Pembatas buku sudah ada pada periode abad pertengahan lho. Dahulu, wujudnya berbentuk strip perkamen kecil yang menempel di folio buk.Buku pun masih terbilang berharga karena masyarakat menengah yang mampu membelinya. Oleh karena itu, pembatas buku pun harus dari bahan yang tidak merusak buku.

Pembatas buku disempurnakan pada akhir abad ke 16 dan Ratu Elizabeth I adalah salah satu yang pertama memilikinya. Pembatas buku modern tersedia dalam berbagai bahan, desain, dan gaya. Pembatas buku kebanyakan berasal dari karton. Variasi lainnya terbuat dari pota, manik- manik, plastik, bahkan ada produk khusus dari batu permata. 

Pembatas buku baru beredar luas tahun 1850, biasanya sudah terdapat di dalam buku tersebut. Salah satu pembatas buku bisa ditemukan dalam buku Recollections of a Literary Life karya Mary Russell Mitford (1852). Dahulu, istilah pembatas buku dalam Bahasa Inggris adalah “marker” (penanda), bukan “bookmark” (pembatas buku). Pembatas buku dari buku-buku yang bernilai sejarah (seperti manuskrip) juga mempunyai nilai sejarah, karena itu tak jarang juga dikoleksi.

Pada tahun 1960-an, mesin pencetak pembatas buku diproduksi di Coventry, UK yang menjadi pusat industri pita sutra. Salah satu pembatas buku pertama diproduksi oleh perusahaan J&J. Selanjutnya perusahaan Thomas Stevens, di Coventry menguasai pasar pembatas buku dan mengakui telah memproduksi 900 desain yang berbeda. 

Pembatas buku bergambar dengan hiasan rajutan diproduksi juga oleh Thomas Stevens tahun 1862, dan jenis ini disebut
Stevengraph. Jenis pembatas buku tertentu menjadi kado spesial saat Hari Libur dan Stevens tampak sengaja membuat edisi spesial tergantung pada hari perayaan. Pembatas buku di abad 19 kebanyakan dibuat utk penanda Alkitab dan buku-buku doa, biasanya terbuat dari pita, sutra tenun, atau kulit Tahun 1880-an produksi sutra tenun mengalami penurunan dan akhirnya pembatas buku banyak dicetak dalam bentuk kertas atau karton. Perkembangan pembatas buku sejajar dengan perkembangan industri buku sendiri, masing-masing produksi meningkat tajam dan membuat hubungan komplementer. Berikut contoh- contoh stevengraph yang trend di abad 19-an (diambil dari stevengraph4u.com)  :



                                                                           
Nah, itu tadi sedikit artikel seputar pembatas buku. Semoga berguna buat menambah pengetahuan umum kamu ya!

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan