Wednesday, December 19, 2012

Ngobrol bareng penulis: Dwitasari

Halo!

Ngobrol bareng penulis kali ini, kita ketemu sama Dwitasari, si penulis yang usianya masih sangat muda dan baru saja merilis buku Raksasa Dari Jogja yang kemudian menjadi buku bestseller

Apa sih yang mendorong Dwita menulis novel dan bagaimana prosesnya hingga ia bisa menyelesaikan novel pertamanya sebelum lulus SMA? Baca yuk interviewnya di sini:


Gimana sih awalnya kamu mulai menulis?
Awal mulai menulis, memang sejak SD mulai suka menulis puisi-puisi yang bertemakan anak-anak, belum cinta-cintaan. :p Berlanjut di SMP malah lebih senang mendeklamasikan dan membacakan puisi. Sewaktu SMA, menulis sudah menjadi aktivitas sehari-hari. Setelah membaca banyak buku, keinginan untuk menulis semakin kuat.


Apa yang menjadi inspirasi kamu ketika menulis?
Segala hal bisa dijadikan inspirasi, bahkan hal-hal sederhana yang diabaikan dan disepelekan. Inspirasi hadir dari cara kita memandang sesuatu yang terjadi dari sudut pandang yang tak biasa dan berbeda.


Gimana dengan Raksasa Dari Jogja? Apa yang membuat kamu memutuskan untuk menulis cerita ini?
Inspirasi menulis “Raksasa Dari Jogja” sebenarnya sudah muncul sejak awal kelas 12 SMA, namun karena persiapan UN yang cukup padat; tulisan ini terhenti hanya sampai halaman 

Ketika diberi kesempatan mengikuti kelas novel dasar Plotpoint, semangat menyelesaikan Raksasa Dari Jogja semakin terpacu. Saya memutuskan menulis cerita ini karena beranggapan bahwa tak banyak novel yang mengangkat kearifan lokal dari suatu wilayah atau kota.

Kenapa memilih setting Jogja?
Saya cukup mengenal Jogja. Dengan menulis tentang Jogja, saya berharap rasa cinta saya terhadap Jogja bisa juga dirasakan oleh orang lain yang membaca tulisan saya.


Ceritain dong proses kamu menulis novel ini? Apa proses yang paling susah buat kamu lalui?
Menikmati proses tentu menyenangkan, apalagi jika hasilnya bisa membuahkan senyum di bibir setiap orang yang membaca tulisan kita. “Raksasa Dari Jogja” awalnya hanya terdiri dari 11 bab, 147 halaman. Judul awal Raksasa Dari Jogja adalah “Pacarku Gigantisme”. Setelah dibaca oleh Mas Arif, editor “Raksasa Dari Jogja”, hasil tulisan akan lebih baik jika direvisi. Mendengar pendapat tersebut, saya langsung merevisi naskah novel saya meskipun saat itu sedang sibuk-sibuknya Try Out UN 2012 dan ikut pelajaran tambahan. Hasil revisi novel menjadi 15 bab, 245 halaman.




Ada relasi personal gak sih antara kamu dan cerita/karakter  yang kamu tuliskan di Raksasa Dari Jogja?
Pasti ada, karena kadang penulis memasukan pengalaman kognitif yang telah terjadi ke dalam tulisannya.


Trus karakter si Gabriel itu unik banget. Tinggi besar gitu. Kenapa kamu memilih memuncukan karakter seperti ini?
Munculnya tokoh Gabriel adalah wujud rasa kesal saya terhadap penggambaran pria tampan yang dibangun oleh masyarakat kita. Pria tampan harus putih, harum, dan memesona. Tapi, Gabriel berbeda, meskipun fisiknya aneh; saya berusaha memunculkan ketampanan yang dimiliki Gabriel, yaitu hatinya.


Siapa penulis yang paling menginspirasi tulisan-tulisan kamu? Kenapa?
seno gumira ajidarma dan arswendo atmowiloto. mereka menulis dengan logika kalimat yang menurut saya bagus. Beberapa kalimatnya singkat tapi menyentuh :)


Gimana kamu ngebangun mood untuk menulis?
Saya pernah baca di sebuah buku milik Arswendo Atmowiloto, penulis tak bisa terus-terusan ikut mood. Jatuhnya bukan ke mood, tapi keharusan untuk menulis dan mendisiplinkan diri saat menulis. Dengan adanya niat dan mendisiplinkan diri, pasti keinginan menulis juga muncul :’)


Ini kan novel pertama kamu, dan udah berhasil jadi best seller. Gimana perasaannya?
Terharu.


Setelah Raksasa Dari Jogja Apa lagi yang ingin kamu tulis? 

Pria berantakan yang jatuh cinta dengan wanita sempurna :D ihiy!

Ada advice buat teman-teman di luar sana yang sedang memulai untuk menulis atau sedang berjuang untuk menerbitkan buku?
Jangan menyerah :)

15 comments:

  1. setelah aku membaca tweet2nya dan novelnya, saya jadi terinspirasi untuk kembali menulis lagi :) <3

    ReplyDelete
  2. Bukannya ada karyanya dia yang difilmkan ya?

    ReplyDelete
  3. salam kenal juga dari Saiaaa...salam penuh MOTIVASI

    ReplyDelete
  4. setelah membaca novel pertama kak dwita+menyimak tweetnya, saya ingin sekali belajar menjadi penulis yang hebat seperti kak dwita :)

    ReplyDelete
  5. Karya Dwitasari memang bagus. :)
    Tapi, untuk tema pria berantakan yang jatuh cinta pada perempuan sempurna, apa gak terlalu mainstream kah?

    ReplyDelete
  6. andai ada yg membantu saya dalam membuat illustrasi dalam membuat sebuah karya tulis novel pasti saya sangat berterimakasih karena saya sangat berharap dapat membuat sebuah cerita dalam bentuk novel..hehehe
    oh ya buat karya Dwitasari saya kasih jempol (y) saya udh punya novelnya dan udh baca sampe abis dari hal 1 sampe akhir haha
    dan juga saya lagi nunggu novel barunya juga :D

    ReplyDelete
  7. Kak Dwitasari itu berhasil menjadi tokoh inspiratif saya untuk kembali menulis. Segala tulisan yang dituangkan terasa begitu nyata. Karya-karyanya pun patut diacungkan jempol. Saya ingin belajar dan memperdalam bagaimana agar bisa jadi orang seperti kak Dwita :)

    ReplyDelete
  8. kakak keren banget deh :D aku jadi termotivasi nih berkat kakak :3 jangan menyerah! :'D

    ReplyDelete
  9. tulisan-tulisanmu keren kak, terus berkarya my inspiration writer :D

    ReplyDelete
  10. heemm.. gimna ya.. novelnya sih ga sebagus twitt dan cerpen2nya.. novelnya menurutku datar.. dan ada beberapa bagian yang kurang bisa dipahami. salah satunya saat Bianca mendadak marah ke Letisha krn dia bilang menaruh hati ke Joshua. dan *Sorry Bahasa di novelnya kok kasar? tidak ada editorkah?
    Hem.. ya sudahlah. Ini komentar saya. agak nyesel beli buku ini. mending minjem aja kali ya.

    ReplyDelete
  11. sukses buat kamu.. semoga bertemu lagi di season seminar berikutnya. 1922

    ReplyDelete
  12. Sukses ya dwita sari..semoga terus menginspirasi ...

    ReplyDelete
  13. Sukses ya dwita sari..semoga terus menginspirasi ...

    ReplyDelete

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan