Thursday, July 4, 2013

[#KamisKreatif] Books: Not Just About Writers


"Saat sebuah buku muncul, pengaranglah yang berhak dapat pujian. Tapi kalau tidak ada editing/penyuntingan, tidak ada buku yang layak dipuji"

- Blake Morrison, penulis Inggris, penerima Dylan Thomas Award


Kamis Kreatif edisi Juli ini kita akan mengangkat profil dari sebuah profesi yang paling berpengaruh di balik kesuksesan sebuah buku. Ia adalah Ninus D. Andarnuswari, editor PlotPoint! :D



Mbak Ninus, seorang editor itu kerjanya apa aja?
Jadi, editor ini adalah orang yang membantu penulis menyiapkan bukunya supaya bisa dinikmati orang banyak. Proses kerja editor nggak cuma soal tanda baca, tapi juga mencakup hal yang lebih luas lagi. 

Oh, gitu... Contohnya gimana?

Editor dituntut untuk memberi gagasan sebuah buku, mengelola struktur tulisan, menambah masukan untuk memperkuat elemen-elemen naskah, menghilangkan kelemahan tulian, dan seterusnya sampai tahap proofreading (naskah siap naik cetak dan diperiksa untuk terakhir kalinya). Editor juga harus mengetahui desain dan layout (walaupun bagian ini bukan ditangani editor). Bisa dibilang, peran editor adalah bertanggung jawab atas buku yang berkualitas, serta mengeluarkan potensi yang sesungguhnya dari penulis

Wah, seru! Kualitas yang kayak gimana?

Yang bagus dong, dan perlu dibaca oleh orang banyak :)

Buku seperti apa yang dianggap bagus?

Masalah bagus atau nggaknya buku, itu soal taste (selera). Tapi, taste bisa dibentuk. Taste yang baik didapat dari bacaan yang baik. Kalau bacaan kita banyak, kita akan punya referensi untuk tahu mana yang kita suka, mana yang nggak; mana yang efektif bikin kita nangis berhari-hari, mana yang bertele-tele dan membosankan; mana yang bagus buat kita dan mana yang jelek. 


Ada tipe orang tertentu gitu nggak sih yang biasanya jadi editor?

Kalau dari pengalaman, kebanyakan orang yang jadi editor adalah pembaca yang "rakus", yang baca buku memang karena dia senang. karena bacaannya banyak, dia jadi lebih tau tentang mana naskah yang layak terbit, mana yang nggak. 
  
Lho, kalo dari penulisnya sendiri?
Penulis yang baru selesai dengan naskahnya, kemungkinan besar jadi nggak punya objektivitas; dia terlalu "tenggelam" sama naskahnya. Nah, di sini pentingnya editor. Mereka bisa melihat apa aja yang kira-kira akan mengganggu, nggak tepat, nggak seru, membosankan atau salah kalau naskah itu langsung diedarkan. Karena itu, editor perlu mendiskusikan sama penulis tentang masukan-masukan yang bisa digarap oleh penulis.

Editor lebih sering bekerja sendiri atau dalam tim? 
Umumnya, editor bekerja dalam tim. Di dalamnya ada proses diskusi, tukar referensi dan informasi sehingga ada perbandingan yang bisa memperkaya wawasan editor.

Kalo dari segi keterlibatan editor dalam proses penerbitan buku, sejauh apa sih Mbak?
Beda-beda. Di Indonesia tergantung kebijakan penerbitnya. Terus terang, di Indonesia rata-rata masih banyak penulis yang perlu dipoles. Soalnya, jarang banget penulis baru yang naskahnya benar-benar sudah 'jadi'. Seringkali tulisan karus dipertajam lagi, plot juga mesti diperbaiki, karakterisasi tokoh-tokohnya juga perlu diperkuat. Ini juga nggak kalah penting: hubungan antara penulis dan editor juga harus dijaga baik. Siapa tau, kerjasama mereka melahirkan karya-karya yang keren terus? ;)

Dulu, Mbak Ninus gimana ceritanya bisa ikut nyemplung di profesi ini?
Awalnya, saya melamar sebagai editor/penerjemah ke penerbit Marjin Kiri - di situ sempat jadi penerjemah lepas (freelance). Saya juga pernah gabung dengan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) selama dua tahun. Sebenarnya nggak cuma editor yang dibutuhkan oleh penerbitan. Ada juga posisi pengulas (reviewer), yang pernah saya jalani juga untuk penerbit Serambi.

Jadi editor, ada nggak enaknya?
Tentu ada. Di Indonesia belum ada asosiasi profesi editor dan nggak ada standar gaji editor. Menurut saya, industri buku di Indonesia masih berantakan. Pemerintah belum punya kebijakan buku nasional dan belum mau memberi insentif untuk pelaku dalam indutri buku, padahal ini perlu supaya buku-buku berkualitas bisa tersebar ke seluruh penjuru Indonesia.
Kamu sendiri mungkin tahu, hidup sebagai penulis aja nggak dianggap sebagai jaminan yang baik bagi banyak orang sekarang. Padahal buku penting sekali untuk bikin kita mampu berpikir kritis, pintar menganalisis, bersikap rasional, dan punya empati besar serta menghargai keragaman, khususnya buku fiksi. 
Bayangin kalau masyarakat kita suka baca semua, kayaknya canggih ya?

Kalo enaknya, pasti ada dong? 
Enaknya, kita punya privilege untuk dibaca banyak orang, hehehe. Kita juga jadi tahu banyak hal karena kita dituntut untuk paham isi naskah terus-menerus. Terus memahami sesuatu yang baru menurut saya, fun! Intellectual orgasm itu candu :p

Mungkin ada sedikit tips untuk jadi editor yang bagus?
Yang jelas bacaannya harus banyak, jadi punya banyak referensi. Harus ngerti dan tahu buku-buku penting, dalam arti buku yang dugarap secara baik, baik fiksi maupun non fiksi. 

Oh iya, di PlotPoint Mbak Ninus menangani beberapa buku, di antaranya novel Anak-Anak Angin dan Stasiun.

Semangat untuk kalian semua!

Gimana, tertarik jadi editor?

"Your work is to discover your work and then with all your heart to give yourself to it" - Buddha

5 comments:

  1. Yep! Tertarik sekali jadi editor :)
    Terima kasih Mbak Ninus dan Plotpoint atas sharingnya.
    Semoga bisa nyusul jadi editor yang baik.

    ReplyDelete
  2. wuih..jadi salut deh sama mbak Ninus. Jadi lebih tahu hebatnya editor

    ReplyDelete
  3. mau cerita- cerita absurd? kunjungi choirul07.blogspot.com , tersedia hadiah menarik. hehehe.

    ReplyDelete
  4. tertarik banget! hihi mbak Ninus dan Plotpoint bikin workshop jadi editor dong, kayaknya seru banget :3 kecil-kecilan dulu aja kayak misalnya jadi editor cerpen, yang penting hal vital yang harus dimiliki editor itu apa, gimana proses kerjanya, dan sharing2 pengalaman dari Mbak Ninus dan tim editor bsa tersampaikan. hehe makasih.

    ReplyDelete

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan