1. The Old Man And The Sea
The Old man And The Sea adalah karya Ernest Hemingway yang ditulis di Kuba pada tahun 1951 dan terbit tahun 1952 - karya fiksi besar yang terakhir dalam tenggat hidupnya.
Pada tahun 1954, buku ini mendapat panghargaan Nobel Sastra :D
Karakter utama cerita ini yang seorang nelayan lelaki tua bernama Santiago yang bersusah payah berjuang untuk menangkap seekor ikan marlin raksasa jauh di tengah arus Teluk Meksiko. cerita ini juga bersetting di Kuba.
Pada hari ke-85, ia berangkat lagi dengan penuh keyakinan bahwa hari ini bisa jadi hari keberuntungannya dan akhirnya dia tidak akan pulang dari laut dengan tangan kosong.
Karena kesepian selama berburu, Santiago menghabiskan waktu dengan berbicara pada diri sendiri. Disaat-saat kritis, ia teringat dengan anak muda lelaki yang biasanya menemani dan membantunya. Walaupun tubuh tuanya kesakitan selama terapung di tengah lautan, ia tetap tidak menyerah.
Novel ini ditulis dengan sangat detail oleh penulisnya - mampu membuat pembaca membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang nelayan. Sayang, alurnya bergerak lamban.
2. If You Want To See A Whale
Seorang anak laki-laki dan anjingnya bertekad bulat untuk melihat paus. Mereka terus menunggu sambil berusaha untuk tidak terganggu dengan hal-hal di sekitar mereka dan tetap sabar, seperti penggalan di buku: "If you want to see a whale, you will need to know what not to look at. Pink roses, pelicans, possible pirates ... If you want to see a whale, you have to keep your eyes on the sea, and wait ... and wait, .. and wait.."
This is a story that we can totally relate to :)
3. Gadis Pantai
Gadis Pantai menceritakan tentang seorang gadis 14 tahun yang awalnya adalah seorang anak nelayan yang terbiasa hidup keras sebagai nelayan. Awalnya, Gadis Pantai digambarkan sebagai gadis ceria - kulitnya kecoklatan, kulitnya lembut bagai disetrika, matanya yang setengah sipit memancarkan cahaya meminta kasih - membuat seorang bupati bernama Bendoro Blora memilihnya untuk menjadi seorang Mas Nganten (selir).
Dengan harapan Gadis Pantai bisa hidup enak nantinya, ia dipaksa orangtuanya untuk menerima ajakan Bendoro Blora - ternyata, gadis Pantai bukan Mas Nganten pertama di rumah Bendoro Blora yang sebelumnya telah diceraikan dan diusir tanpa diperbolehkan membawa pergi anaknya.
Buku ini sarat dengan pergolakan emosi yang dialami Gadis Pantai - mulai dari rengekannya agar dipulangkan ke orangtuanya, hingga ketakutannya jika ia bernasib sama seperti selir-selir sebelumnya. Melalui buku ini, Pramoedya Ananta Toer kembali menyentil pembaca.
Roman yang menggugah emosi. (Sangat) layak baca!
Gadis Pantai bahkan sudah diterjemahkan ke bahasa inggris! |
4. Flotsam
Dari sekedar iseng mengumpulkan flotsam - barang-barang yang tersapu ke pantai setelah mengapung di laut, anak itu menemukan kerang berkamera lengkap dengan rol film terpakai. Penasaran, ia mencuci rol film itu dan menemukan keajaiban dan rahasia di bawah laut.
Keistimewaan buku ini ada pada cara menceritakannya - bukan dengan tulisan, melainkan dengan gambar-gambar imajinatif yang terkesan nyata.
Salah satu ilustrasinya |
And the best part is, David Weisner membuat
pembacanya percaya bahwa hal-hal ordinary
disekitar kita, mungkin saja menyimpan sesuatu yang unordinary. We just need to find it. Nggak percaya? Baca
dulu bukunya :p.
aaa keren banget yang terakhir...
ReplyDeletesudah baca yang gadis pantai, tapi yang lain2 belum. patut diburu...!