Photo Courtesy: Life Magazine |
Halo teman-teman yang baik,Terima kasih sudah berpartisipasi dalam kompetisi “Cerita Horor Kota”. Kami sangat merasa terhormat dan senang sekali bisa membaca 275 cerita pendek bertemakan horor yang lolos persyaratan awal dari seluruh Indonesia.Peserta Cerita Horor Kota ini beragam. Ada dari Aceh, lampung, Lombok, Bandung, Manado, Malang. Nggak cuma itu, ada juga yang dari Kayuangung, Sampit, Wajo, Mempawah, Buol, Grobokan, Kota Baru, Sidoarjao, Pagar Alam dan masih banyak lagi.Karena rasa senang ini, ijinkan kami membuat semacam pengantar.Cerita dan kota tak akan bisa dipisahkan, seperti cerita dan karakter. Kota adalah bagian dari setting cerita, seperti juga karakter, harusnya kota (setting) juga bisa tumbuh dalam sebuah cerita.Namun faktor itulah yang, bagi kami, masih jarang dalam karya fiksi Indonesia saat ini. Banyak kreator yang seperti melupakan daerahnya, lupa melihat sekeliling, terlalu asyik berusaha membuat cerita di/dengan logika Jakarta, dan meminggirkan realitas keragaman suku, agama dan ras di Indonesia.Akibatnya karakter fiksi di Indonesia mendadak sama. Pembaca tak bisa terhubung dengan siapa dia, di mana dia tinggal, apa masalah hidupnya. Karakter fiksi kita punya masalah cinta yang itu-itu lagi serta hanya punya gimmick cerita tanpa substansi.Sayangnya, justru ini yang banyak kami temukan dari cerita pendek yang masuk. Masih banyak cerita dengan karakter bergaya Jakarta. Masih banyak cerita yang sebenarnya tak berhubungan erat dengan kotanya, sehingga seandainya karakter dan plotnya dipindah ke kota lain, maka cerita itu tetap bisa terjadi.Untuk mendapatkan 10 pemenang Cerita Horor Kota, itu kerja keras sendiri untuk kami. Jujur, awalnya kami nyaris pesimis bisa dapat 10 pemenang. 1 kata buat menggambarkan proses seleksi ini: sulit.Kesulitan ini adalah bukti kalau penulisan genre horror itu menuntut penulisnya untuk kerja keras mengerahkan skillnya.Masalah utama dari naskah-naskah yang masuk adalah kurangnya kemampuan memampuan menuliskan pengadeganan untuk membangun keseraman ceritanya.Banyak banget yang bergantung pada kata: ‘seram’ untuk bilang ke pembaca kalau suasana atau hantunya seram tapi tidak mendeskripsikan kejadiannya.Merangkum dengan kata, mungkin bisa selamat kalau menulis drama, setiap orang udah punya referensi “romantic”nya masing-masing. Tapi untuk seram, beda.Akhirnya kami memilih 10 (sepuluh) cerita pendek dengan pertimbangan:
- STORYTELLING
- KARAKTER
- LOGIKA PLOT
- TEKNIS (EX: TYPO, PENULISAN, KERAPIHAN)
- OTENTIK: KESESUAIAN DENGAN KOTA, LOKALITAS
Berikut adalah nama, judul cerpen, dan kota para pemenang (secara acak):
1. Mbak Sus (@Susi_SmileKitty) – Di Balik Hujan (Pontianak)
2. Rina Kartomisastro (@roro_dwirina) – Hantu Sudah tahu (Malang)3. SBU (@mithasbu) – Dua Titik Merah (Sampit)4. Faisal Oddang (@sajakimut) – Obituari Parakang (Makassar)5. Putra Zaman (@poetrazaman) – Dipo di Gunung Dempo (Pagar Alam)6. Muhammad Rivai (@rivaimuhamad) – Taring (Karawang)7. Nazta (@naztaaa) – Dendam (Manado)8. Mardian Sagiant (@msagiant) – Rumah Taman Anggrek (Pontianak)9. Rexy (@gearexy) – Gerbong Maut (Malang)10. M.B. Winata (@MBWinata) – Negori Silop (Kayu Agung)Selamat kepada pemenang!Semoga ini bisa menjadi awal yang perjalanan bercerita yang menyenangkan.Bagi yang cerpennya belum lolos, jangan sedih dulu. Cerpen-cerpen yang masuk babak kedua sedang kami pertimbangkan untuk kami terbitkan atau kami muat dalam blog kami.Oya, kompetisi #CeritaHororKota ini merupakan rangkaian kompetisi #CeritaKotamu.Dengan kompetisi #CeritaKotamu kami ingin mengajak kalian merayakan lokalitas kalian. Mari buka mata dan carilah cerita di depan mata kita. Ceritakan hubungan antar manusia dan kota yang ada di sekitar kita. Ceritakan agar kita saling mengenal.Kita tahu Indonesia bukan cuma Jakarta. Mari bercerita. Mari rayakan Indonesia.Kita bercerita. Apa ceritamu?Salam,Tim PlotPoint
Dear Tim,
ReplyDeleteCuma mau bilang, cerpen SBU judulnya salah tuh...
Yang bener 'Dua Titik Merah'
typo yah?? hehehe
Thank you...
oh iya itu typo. makasih udah dikasih tau :)
Delete