Bulan
Ramadhan boleh jadi adalah saat yang paling ditunggu banyak orang. Kenapa?
Karena banyak hal unik yang hanya bisa kita temukan di bulan suci ini.
Ramadhan
memang ditunggu-ditunggu banget kehadirannya. Persiapan untuk menyambut bulan
ini sangat meriah, ditambah dengan beberapa kegiatan yang unik dan kreatif.
Orang Indonesia, bahkan mancanegara punya tradisi yang menarik menunggu
datangnya bulan yang muncul satu tahun sekali ini. Apa aja ya? Apa tradisi di
daerah kamu termasuk di dalamnya?
“Ini
cerita Ramadhan salah satu teman kita di Bangka Belitung.”
Masyarakat
Bangka Belitung mayoritas beretnis Tionghoa, namun banyak di antaranya juga
beragama Islam dan melaksanakan puasa. Pada malam hari, di masjid banyak yang
melakukan tadarus. Sementara tradisi ngabuburit di Bangka yaitu banyaknya pusat
jajanan ta’jil, yang paling terkenal di Pasar Pasir Padi, Jalan Dipati Hamzah,
Lapangan Merdeka, termasuk Hotel Bumi Asih yang menjual ta’jil serba Rp 5.000.
Biasanya
masyarakat Bangka Belitung memiliki budaya berkumpul untuk berbuka puasa
bersama, seperti di aula keluarahan Selindung Baru. Makanan utama berbuka puasa
adalah otak-otak dan pempek. Hmm jangan sampai nggak nyobain kedua makanan itu ya kalau main ke Bangka, karena
terkenal banget akan kelezatannya. :D
Dari Bangka Belitung, kita bergeser
ke Pulau Jawa, tepatnya di Semarang, Jawa Tengah
Ada yang unik saat warga Semarang menyambut
bulan Ramadhan, namanya “Dugderan”. Dilihat dari namanya saja udah bikin
penasaran ya? Kegiatan Dugderan berpusat di masjid tua yang dulunya menjadi
masjid agung di Semarang, yaitu Masjid Kauman.
Konon, dulu warga Semarang menentukan awal puasa di masjid ini dengan mengajak ahli ilmu falak, sebelum mengikuti kebijakan pemerintah dengan sidang Isbathnya. Nah, kalau awal puasa sudah berhasil ditentukan di masjid itu, maka akan dibunyikan bedug disusul dengan dentuman mercon besar yang bentuknya seperti meriam. Suara bedug yang berbunyi ‘Dug’ ditambah mercon yang mengeluarkan suara ‘Duerr’ merupakan asal mula tradisi Dugderan.
Konon, dulu warga Semarang menentukan awal puasa di masjid ini dengan mengajak ahli ilmu falak, sebelum mengikuti kebijakan pemerintah dengan sidang Isbathnya. Nah, kalau awal puasa sudah berhasil ditentukan di masjid itu, maka akan dibunyikan bedug disusul dengan dentuman mercon besar yang bentuknya seperti meriam. Suara bedug yang berbunyi ‘Dug’ ditambah mercon yang mengeluarkan suara ‘Duerr’ merupakan asal mula tradisi Dugderan.
Tradisi menentukan awal puasa menggunakan Dugderan mungkin sudah tidak terlalu banyak dilakukan masyarakat Semarang, karena alasan mengikuti ketetapan pemerintah. Namun, satu minggu sebelum puasa dimulai, akan digelar pasar malam yang masih dijuluki “Dugderan”. Istilah “Dugderan” masih dipakai karena merupakan rangkaian acara di kawasan Masjid Kauman yang berdekatan dengan Pasar Johar. Setiap pasar malam tentu saja menyenangkan, karena banyak pedagang makanan, pakaian, mainan, bahkan wahana bermain mini untuk anak-anak. Wah, seru ya?
Nah, puncak acara dari tradisi Dugderan, yaitu
karnaval sepanjang jalan protokol Semarang, dari Masjid Kauman, Balaikota di
Jalan Pemuda Simpanglima, kemudian Jalan Gajah Mada dan selesai di Majis Agung
Jawa Tengah.
Peserta yang memeriahkan karnaval ini bermacam-macam lho, ada drum band, rebana, pencak silat, pasukan wali songo, serta ada yang memakai kostum layaknya Laksamana Cheng Ho.
Yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang
menghadiri karnaval tersebut adalah hadirnya “Warak Ngendhok”, makhluk fiktif
yang memiliki kepala berbentuk naga (perlambang Cina), memiliki leher dan badan
berbentuk burak (binatang dalam Al-Qur’an/ perlambang Arab), serta berkaki
kambing (perlambang Jawa).
Warak Ngendhok |
Perpaduan tersebut menandakan Semarang yang damai,
dan merupakan kota dagang dengan akultrasi ketiga budaya tersebut. Menarik
banget ya filosofinya?
Tadi merupakan
beberapa tradisi Ramadhan di Indonesia, nah sekarang kita bergerak ke negara
lain, yaitu Maladewa.
Maladewa memang terkenal banget dengan destinasi wisatanya
yang mengagumkan. Tapi ternyata, negara yang menjadi negara Islam pada tahun
1153 Masehi ini, punya kebiasaan Ramadhan yang unik, yaitu membaca puisi.
Tradisi ini diawali dengan makan bersama dalam sebuah perkumpulan, lalu
beberapa orang audiens akan diminta untuk membacakan puisi di depan audiens
lainnya. Tentu aja puisi yang mereka bacakan harus bertema Ramadhan. Warga
Maladewa menyebutnya Raivaru, yaitu
puisi kuno yang terdiri dari tiga baris atau lebih tanpa memiliki pola ritme di
dalamnya. Nah, Raivaru
menjadi acuan dalam pembacaan puisi ini.
Serius menonton salah satu peserta Raivaru |
Sekarang, kita simak yuk suasana Ramadhan di Bangladesh!
Mirip dengan
Maladewa, Bangladesh juga merayakan Ramadhan dengan membaca puisi.
Ada juga festival
henna, dimana warga berlomba-lomba mendesain motif dengan henna.
Peserta festival henna di Dhaka University, Bangladesh! |
Dekorasi henna yang sudah jadi. Walaupun rumit, tetap rapi :) |
Konon, henna adalah bentuk doa bagi pemakainya.
Setiap symbol pada henna memiliki arti yang berbeda-beda lho. Tempat henna
digambar juga bervariasi, nggak cuma di telapak tangan – bisa di seluruh
tangan, bahkan kaki. Anggota badan yang berbeda ini memberikan simbolisasi doa
yang berbeda. Apa aja ya? Kamu bisa lihat di sini.
Nah,
ada satu tradisi unik di negara lain. Kali ini kita bergeser lumayan jauh, ke
Albania.
Bagi
masyarakat Indonesia, tentu bunyi-bunyian seperti beduk nggak asing lagi ya.
Sama halnya dengan warga Albania, Eropa Tenggara. Kalau Indonesia punya Beduk ,
Albania punya Lodra. Kesenian Lodra merupakan tabuhan dua buah bedug,
yang dibuat dari kulit domba dan kulit kambing untuk masing-masing lodra.
Pemukulnyapun dibuat dari bahan yang berbeda sehingga pada saat ditabuh
menghasilkan bunyi yang beda dari ketiganya. Seniman Lodra biasanya mengiringi kegiatan sahur (Syfyr), serta kegiatan buka puasa (Iftar). Ini dia penampakan alat musik Lodra.
Penasaran gimana suasana Ramadhan di benua
Afrika? Ternyata, ada juga ritual khusus. Salah satunya, di Ghana!
Perayaan ini diadakan saat hari terakhir
berpuasa, di malam hari. Anak-anak berdandan dan memakai baju mereka yang
paling bagus, lalu mengunjungi
tetangga-tetangga (biasanya, tetangga akan memberikan uang, makanan dan permen) – setelah itu, mereka berkumpul untuk
mendengarkan cerita J. Ceritanya macam-macam – kadang, kisah para
Nabi dan sahabat-sahabatnya – bisa juga tentang sejarah suku-suku terdahulu
seperti asal-usul dan masa peperangan.
Mereka asyik banget ya mendengarkan cerita :p |
Ramadhan di Mesir.
Sekarang giliran cerita Ramadhan di Mesir. Jauh
sekali ya? Tapi Mesir punya tradisi menyambut Ramadhan yang menarik banget lho.
Ciri khas bulan Ramadhan di Mesir yaitu
bertebaran lampu dan lentera fanus yang bertuliskan “Ramadhan Kareem”.
Bentuk fanus tradisional |
Konon,
pemasangan lampu ini berasal dari seorang penguasa di zaman Kesultanan
Fathimiyah yang saat itu berkuasa di Mesir. Ia memerintahkan untuk memasang
alat penerangan yang berasal dari minyak zaitun di sekitar area masjid, dengan
maksud untuk mempermudah jamaah ketika ingin menjalankan shalat Tarawih malam
hari. Hingga saat ini, tradisi itu semakin berkembang di warga Mesir, namun
bukan hanya dipasang di area masjid saja, melainkan dipasang sebagai hiasan di
rumah-rumah warga, dengan corak dan warna yang beragam.
Pedagang fanus dekat masjid Al Imam Ali Zayn al-Abidin, Alexandria |
Yang paling mencolok, banyak umat Muslim
berlomba-lomba mencari pahala dengan mendirikan tempat buka puasa gratis, Maidaturrahman (artinya, suguhan dari
Allah yang Maha Penyayang).
Sekarang, kita lihat yuk perayaan
di Alexandria, salah satu kota di Mesir!
Di
sini, diadakan tarian di jalan raya setelah berhasil melalui 10 hari berpuasa.
Penari-penari memenuhi jalanan dengan berbagai atraksi seru, lengkap dengan
kostum heboh. Meriah banget lho.
Para penari beraksi di tengah jalan |
Nah, itu tadi beberapa tempat yang punya tradisi
unik dalam menyambut maupun memeriahkan bulan Ramadhan. Tentu ada banyak
tradisi unik di daerah lain ya, intinya masyarakat di negara mayoritas maupun
minoritas muslim amat antusias akan datangnya bulan puasa. Kalau kalian gimana
nih? Apakah sudah pernah melihat dan melakukan tradisi tersebut? Kalau belum,
semoga suatu saat dapat kesempatan untuk menikmati tradisi-tradisi menarik itu
ya.
Selamat melanjutkan puasa ya guys! :)
Sumber: wawancara dan beberapa artikel dari website berikut
- wisatasemarang.wordpress.com
- republika.co.id
- hennablogspot.com
- demotix.com
- hennaheaven.co.uk
- satuharapan.com
- photos.myjoyonline.com
- theatlantic.com
- berbagaihal.com
- cordova-travel.com
- visitbangkabelitung.com
Ramadhan memang selalu menyenangkan. Banyak tradisi menarik di bulan ini. Nilai ibadah juga berlipat. Mulai dari sedekah, berdzikir, membaca Al-Qur'an, dan lain sebagainya. Terima kasih sudah berbagi info, kak.
ReplyDeleteRamadhan selalu bikin rindu.
ReplyDeletesurat al waqiah latin