Friday, May 10, 2013

[Liputan Event] Lego Ergo Scio

Halo!

Hari Rabu kemarin, tepatnya 8 Mei 2013, dua orang penulis Pintu Harmonika, Clara Ng dan Icha Rahmanti, mendapat kesempatan menjadi pembicara dalam acara yang diadakan oleh Kompas Kampus di Universitas Maranatha, Bandung. Nama acaranya itu Lego Ergo Scio. Lego Ergo Scio adalah istilah latin yang artinya saya baca buku maka saya tahu. 

source: kompas kampus


Pengisi acara Lego Ergo Scio di Universitas Maranatha nggak hanya Clara Ng dan Icha Rahmanti, tapi ada juga Taufik Mihardja, Editor in Chief Kompas TV. Selain para pembicara yang berbagi banyak ilmu kepada peserta yang hadir, KataKitaKustik, sebuah grup akustik yang biasa perform di Pizza e Bira Cafe Bandung, juga menghibur dengan lagu-lagu pilihan mereka. Acara ini dipandu oleh Iwan, MC dari 99ers Bandung.

Di acara Lego Ergo Scio, Icha Rahmanti dan Clara Ng berbagi pengalaman menulis mereka. Diskusi berlangsung seru karena ada pertanyaan-pertanyaan dari para peserta yang membuat diskusi menjadi lebih seru dan mendalam.



Icha Rahmanti sejak kecil terbiasa dengan membaca buku. Sewaktu tinggal di Samarinda, Icha dibiasakan untuk pergi ke toko buku bersama orangtuanya. Toko buku merupakan tempat hiburan kala itu. Sewaktu kecil, Icha mempunyai pengalaman membuat klub detektif. Karena terbiasa membaca buku bergenre detektif karya Enid Blyton, seperti Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, St. Clare's, dan lainnya.

Apa sih modal utama untuk menjadi Penulis? Menurut Icha Rahmanti, suka baca merupakan modal utama. Terlihat bedanya penulis yang hanya menulis saja dengan penulis yang suka baca. Banyak hal yang dipelajari dengan membaca. Dengan membaca, banyak informasi juga yang diperoleh untuk menulis. 

Membaca adalah food our soulBuku2 membantu saya belajar mengenai hal2 yg saya tidak bisa. - Icha Rahmanti

Icha Rahmanti merasa dia menjadi lebih kreatif ketika sedang patah hati. Pengalaman masa-masa galau itu bisa menjadi inspirasi. Emosi-emosi yang kita rasakan merupakan bahan bakar untuk memperkaya cerita tulisan. Menulis adalah masa transfer energi kita ke pembaca. Ketika menulis sedih, pembaca juga merasakan emosi sedih juga. Selain faktor emosi, prinsip detail juga menjadi nilai lebih dalam cerita kamu. Dengan detail-detail yang menarik, maka ceritamu lebih lengkap.

Menurut Icha Rahmanti, ada dua cara untuk membangkitkan mood. 

Pertama, mengkondisikan dirimu untuk bekerja dengan apa yang kamu suka. Lakukan hal yang membuat kamu senang. Kedua, tentukan deadline. 

Icha Rahmanti lebih gampang menulis ketika sudah ditentukan deadline. Karena sudah ada tujuan.

Bagaimana kalau emosi malah membuat bingung pengembangan karakter?
Sebelumnya ada urutan teknis. Ada yang memerlukan outline, ada yang tidak. Icha Rahmanti merupakan penulis yang memerlukan outline. Dengan adanya outline, berarti sudah ada garis besarnya, kemudian baru dibuat detailnya. Setelah outline, baru Icha Rahmanti mengembangkan karakternya. Ketika ada emosi tambahan yang kira-kira bisa masuk ke karakter, kembalikan lagi ke outline, agar tidak mengganggu untuk pengembangan karakter.

Bagaimana supaya tulisan kita itu dapat diterima oleh majalah?
Selain perbedaan yang unik, lihat lagi produk hasilnya, sesuai atau tidak dengan target pasar media tersebut. Kemudian faktor koneksi juga penting, bukan untuk menyogok atau kkn, tapi supaya mereka tahu siapa kamu dan apa yang dapat kamu tawarkan ke mereka.  Di Indonesia, yang masih kurang adalah keinginan untuk magang. Magang yang tidak dibayar. Di Singapore, mahasiswa berebutan untuk magang. Bukan untuk uangnya, tapi kesempatan untuk mendapatkan network. 

Bagaimana menulis tandem? Bagaimana proses menulis Pintu Harmonika?
Yang terpenting dalam menulis tandem ada dua, pertama itu chemistry dan yang kedua adalah kepercayaan. Ketika pertama kali bertemu dengan mbak Clara di Singapore, kita berdua seperti udah memiliki chemistry. Dari awal bertemu, kita merasa sudah seperti dua orang sahabat lama. Padahal baru pertama kali bertemu. Selain itu, ketika diajak untuk menulis bareng dengan mbak Clara, saya percaya dengannya. Tanpa kepercayaan itu, tidak akan bisa. 

Sistem kerja untuk Pintu Harmonika ini adalah layers, seperti kue lapis yang dikerjakan selapis-selapis, begitu pula pengerjaan sistem tandem ini. Masing-masing saling bergantian untuk saling melengkapi.

Bagaimana kalau saat kita menulis tiba-tiba ada ide bagus yang harusnya muncul di awal?
Kembali lagi ke diri kita, idenya bagus atau tidak. Uji ide tersebut. Dengan banyak membaca, selain mendapat banyak informasi, kita juga bisa mendapatkan taste, mana buku yang bagus, mana buku yang biasa saja ataupun jelek. Cara lainnya adalah berdiskusi dengan teman yang kamu percaya, cari teman yang bisa memberi masukan.


Setelah lebih kurang selama satu jam Icha Rahmanti berbagi cerita. Saatnya Clara Ng berbagi cerita. :)



Clara ng tumbuh dari keluarga yang suka baca. Ketika kuliah di Amerika, suka sekali membaca di Perpustakaan. Suatu hari, Clara Ng memasuki ruangan dengan tulisan Young Adult di depannya. Ruangan itu berisi banyak sekali buku anak-anak. Clara Ng sangat kagum, ada ruangan yang berisi banyak sekali bacaan untuk anak-anak. Kemudian Clara Ng sempat mengeluarkan statement, "saya ingin menulis untuk anak-anak." 15 tahun kemudian impiannya pun tercapai, Clara Ng menulis buku untuk anak-anak.

Menurut Clara Ng, kesulitan terbesar itu ada di dalam diri kita. Bagaimana kita berhadapan dengan diri kita sendiri untuk menghadapi tantangan itu. Berjuang untuk menulis, berjuang untuk melawan kemalasan, berjuang untuk determinasi.

Apa kiat menulis untuk buku anak-anak dan remaja?
Menurut Clara Ng, yang pertama adalah kamu harus mengenal pembacamu siapa. Kamu juga harus tahu apa yang ingin kamu tulis. Untuk tahu apa yang ingin kamu tulis, kembali lagi apa yang kamu baca. Dengan banyak membaca, kamu bisa tahu apa yang ingin kamu tulis. Setelah kamu mengenal pembacamu, kamu akan tahu karakternya seperti apa, bahasanya seperti apa.

Clara Ng menuturkan, penulis belum tentu bisa bercerita, pencerita belum tentu bisa menulis. Karena itu penulis fiksi itu disebut sebagai pengarang. Seorang pengarang idealnya bisa bercerita dan menulis. Ketika ditanya profesi sebagai penulis itu menjanjikan atau tidak, Clara Ng menjawab, "Profesi penulis sebenarnya sama saja dengan profesi lainnya." 

Bagaimana meningkatkan teknis penulisan kita?
Pertama, percaya kepada diri sendiri apakah tulisan kita sudah bagus atau tidak. Kita bisa mendapatkan kesadaran itu dengan banyak membaca, semakin banyak membaca, kita bisa tahu bagaimana kualitas tulisan kita. Selain itu, kita bisa ikut kelas menulis, serta bergabung dengan komunitas. Di komunitas menulis, ada teman untuk berbagi dan membantu kita untuk menilai tulisan. 

Ketika menulis, mana yang lebih diutamakan, moral atau cerita?
Menurut Icha Rahmanti, setiap orang itu memiliki interpretasi yang berbeda-beda ketika membaca. Icha hanya ingin berbagi cerita, orang yang dapat mengambil moral atau makna dari cerita itu, karena setiap orang memiliki penangkapan yang berbeda-beda dari satu cerita. Karena Icha hanya ingin berbagi cerita, dia membebaskan pembacanya meresapi sendiri cerita itu.

Seorang pengarang adalah pencerita, bukan motivator. Fokus pada ceritanya, bukan moralnya. - Clara Ng

Bagaimana alur untuk menerbitkan buku?
Setelah pengarang menulis fiksi, naskah tersebut diterima oleh editor akuisisi. Setelah diterima, kemudian naskah diserahkan ke editor. Langkah selanjutnya diberikan ke proofreader setelah naskah selesai diedit. Selesai diproofread, naskah masuk ke desainer untuk pengerjaan cover dan segala macamnya. Kemudian dicetak dan terakhir buku didistribusikan.

Ketika punya background yang berbeda-beda, bagaimana memilih ide itu?
Menurut Clara Ng, ide bisa saja diambil dari peristiwa sekeliling. Ide tidak akan hidup jika kita tidak punya keinginan untuk menuliskannya. Salah satunya adalah dengan membaca. Buku-buku yang baik akan memberikan pikiran untuk determinasi.

Apakah Clara Ng dan Icha Rahmanti mempunyai mentor tersendiri atau bagaimana?
Clara Ng memiliki banyak mentor, ratusan, bahkan ribuan. Mentornya itu pengarang-pengarang dari buku yang dibaca. Dari buku2 yg dibaca itu, Clara Ng dan Icha Rahmanti mempelajari twist, karakter, gaya bahasa, teknik menulisnya, dll. 

Buku itu adalah Gurumu. - Clara Ng

Mentor pertama Icha Rahmanti adalah Enid Blyton, sejak kecil Icha membaca buku-buku Enid Blyton. Menurut Icha Rahmanti, ketika awal kamu menulis, cari passionmu. Cari topik yang kamu sukai, sehingga menulis dengan sepenuh hati.

Membaca itu membentuk taste. - Icha Rahmanti 

Sebelum menjadi penulis kamu adalah pembaca, bukan sebaliknya. Baca berulang kali. Hilangkan emosi ketika membaca. Setelah membaca tanpa emosi, kamu akan mendapatkan strategi bagaimana membuat cerita itu. - Clara Ng

 Sebelum mengakhiri acara, Clara Ng dan Icha Rahmanti mempunyai pesan untuk peserta yang hadir di acara Lego Ergo Scio.

Untuk kalian yang menginginkan dan berharap jadi penulis, jangan khawatir. Akan ada saatnya untuk jadi penulis. Saya berharap sebelum semakin banyak penulis2 di Indonesia, semoga semakin banyak para pembaca buku di Indonesia. - Clara Ng

Baca buku yg banyak. Kita bisa tumbuh bareng2 dengan membaca. Dengan membaca kita bisa traveling ke mana saja. Ayo membaca! - Icha Rahmanti 
Clara Ng, Icha Rahmanti, dan panitia dari Lego Ergo Scio

KataKitaKustik




Itu liputan dari event Lego Ergo Scio. Terima kasih teman-teman yang telah hadir di Universitas Maranatha. Terima kasih juga Kompas Muda, Koran Kompas, Bank BJB Bandung, dan Iwan de Big One. 

Sampai jumpa di acara berikutnya. ;)

1 comment:

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan