Oleh: @auliasaad
“Gisel, ayo dong. Jangan marah gitu. Aku nggak pernah sekalipun mencuri handphone kamu! Aku juga nggak tahu, kenapa handphone kamu itu bisa ada di dalam tasku.” Mohon Cherry, sahabat Gisel yang dituduh mencuri handphone Gisel yang hilang. Karena kebetulan, handphone Gisel ditemukan di dalam tas Cherry.
“Udahlah,
Cherry! Aku nggak mau lagi dengerin penjelasan kamu. Semuanya sudah
terbukti kalau kamu yang sudah mencuri handphoneku!!” bentak Gisel,
sambil terisak.
“Iya
Cherry. Kamu kan udah terbukti bersalah. Tapi, kenapa kamu nggak mau
ngaku juga, sih? Ngaku aja deh, kalau memang kamu yang udah mencuri hp
Gisel!” tuduh Karin, yang juga sahabat Gisel dan Cherry.
“Sumpah!
Aku bener-bener nggak mencuri hpnya Gisel. Niat aja aku nggak pernah,
apalagi sampai mencuri kayak gitu …!!” tutur Cherry, yang hampir
menangis karena tuduhan dari kedua sahabat karibnya itu. “Kalian ini
kenapa, sih? Kita bertiga kan sahabat. Kenapa kalian malah nggak percaya
sama aku?”
Gisel
memukul meja dengan keras. “Iya, aku tahu kalau kamu sahabatku! Tapi
bukan berarti aku harus membela kalau kamu terbukti mencuri
handphoneku!” bentak Gisel, yang didengar hampir seluruh siswa yang
beristirahat di dalam kelas.
Cherry
pun terdiam menunduk. “Apa yang salah sih, dengan hari ini? Kenapa hari
ini sepertinya aku jadi sial terus, ya? Kenapa juga, tidak ada satupun
teman yang membelaku?” gumam Cherry dalam hati, sambil bersedih.
Gisel pun melirik Cherry yang sedang tertunduk sedih, lalu tersenyum penuh rahasia ke arah Karin yang duduk disampingnya.
Tak
berapa lama kemudian, sebuah pesawat kertas mendarat dimeja Cherry yang
tengah menunduk sedih. Cherry pun membuka pesawat kertas tersebut, dan
membaca isi pesannya. “Cherry,
kalau kamu mau aku maafkan, pulang sekolah nanti aku tunggu kamu di
taman belakang rumahku. Kalau kamu tidak datang, berarti kamu bukan
sahabatku lagi!”
Cherry
pun berbalik badan, dan memperhatikan Gisel dan Karin sedang
berbisik-bisik. “Sepertinya … ada yang aneh sama mereka berdua. Tapi,
apa ya?” Cherry bertanya-tanya dalam hati, sambil melihat kedua
sahabatnya yang seakan memusuhinya itu.
Sepulang sekolah, Cherry yang hari ini pulang sendirian pun langsung menuju rumah Gisel dengan mengendarai sepedanya.
Sesampainya
di depan rumah Gisel, Cherry kembali bertanya-tanya. “Gisel punya
rencana apa, sih? Atau jangan-jangan, dia lapor sama Papa dan Mamanya,
terus memanggilku ke sini untuk memberiku pelajaran? Aduh aduuhhh … kok
jadi gini, sih?? Kenapa hari ini adaaa aja masalah yang menimpaku.”
tuturnya lirih.
Cherry
pun teringat dengan isi pesan dari pesawat kertas tadi. “Kalau aku
tidak datang ke rumah Gisel hari ini, persahabatanku dengan Gisel,
sekaligus Karin bisa putus. Ya sudahlah! Beranikan diri saja. Apapun
yang terjadi akan aku hadapi.” gumamnya optimis.
Dengan
sedikit ketakutan, Cherry pun memberanikan diri memasuki rumah Gisel.
Namun anehnya, rumah Gisel terlihat sepi bagai tak berpenghuni. Cherry
pun segera berjalan menuju ke halaman belakang rumah Gisel.
“Lho?
Kok sepi begini, ya? Gisel beneran nggak sih, nyuruh aku kesini?
Nyatanya nggak ada siapa-siapa disini.” gerutu Cherry, yang terkejut
melihat taman belakang rumah Gisel yang terlihat hening dan sepi.
Dengan
melangkah perlahan, Cherry memasuki taman kecil tersebut, dan berdiri
membelakangi rumah Gisel. Dan seketika itu pula, Gisel, Karin, bersama
teman-teman sekolah Cherry yang lain pun bersorak mengagetkan Cherry.
“Surprise…!!!” teriak Gisel, serta teman-teman lainnya dengan serempak. Itu pun membuat Cherry terkejut, dan kebingungan.
Tak
lama setelah itu, ia pun mengingat sesuatu hal yang rupanya tidak ia
ingat pada hari ini. “Oh iya! Hari ini kan, ulang tahunku yang ke-12,
kok aku bisa sampai lupa, ya?” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.
“Happy
Birthday … Cherry! Kamu pasti lupa ya, kalau hari ini kamu ulang
tahun?” ucap Gisel, yang membawa sebuah kue tart berhiaskan lilin
berangka 12.
Cherry
terharu. “Iya Gisel. Aku sampai lupa kalau hari ini ulang tahunku. Ooh …
jadi, semua kejadian aneh di sekolah tadi, rencana kalian semua ya,
untuk ngerjain aku?”
Gisel
dan Karin tersipu. “Hehe … iya Cherry. Sebelumnya, kami juga sempat
beritahu teman-teman yang lain, supaya tidak ada yang membelamu. Tapi,
maafkan kami semua, ya Cher! Kami semua hanya mau membuat hari ini jadi
berkesan buat kamu. Inikan hari spesial buat kamu. Maafkan kami, ya!”
jelas Karin.
“Iya, Cher! Kami minta maaf. Kamu jangan marah, ya!” sambung Gisel.
Setelah
sejenak terdiam dan berpikir, Cherry pun menjawab. “Iya deh. Kalian
semua aku maafin. Tapi, kalian emang bener-bener deh! Sukses banget buat
aku sedih dan kesal banget hari ini. Eh, tapi makasih ya teman-teman … Cerita Hari Ini benar-benar berkesan banget buat aku.” sahutnya. Tanpa terasa, air mata Cherry pun menetes.
“Iya, sudah sudah … sekarang, tiup lilinnya dulu! Tapi, sebelumnya make a wish dulu, ya Cher!” pinta Gisel.
“Huuufftt …” Cherry meniup lilin ulang tahunnya yang berangka 12, setelah sejenak terdiam memohon harapan.
“Thanks
ya, my Friends! hari ini aku bahagiaa … banget! Setelah sebelumnya,
rasanya sedih, dan kesel banget sama kalian. Makasih banget ya,
teman-teman!” ucap Cherry terharu.
Lalu kemudian, setelah duduk di kursi taman, Ayah, Bunda, serta adik Cherry pun datang.
“Selamat ulang tahun, kak Cherry …” ucap Riza, adik Cherry yang berumur 6 tahun, serta Ayah dan Bundanya.
Cherry tersenyum heran. “Riza, Ayah, Bunda? Kalian juga sudah tahu rencana teman-teman hari ini?” sahutnya heran.
Riza,
beserta Ayah dan Bundanya mengangguk tersenyum. “Iya kak. Tapi jangan
marah, ya! Kami semua kan, sayang sama kakak!!” tutur Riza polos.
Ayah
dan Bunda pun memeluk, dan mencium pipi Cherry. “Selamat ulang tahun,
Cherry …! Semoga kedepannya, kamu bisa mencapai semua apa yang kamu
cita-citakan.”
“Terima
kasih Ayah, Bunda … Cherry janji, akan menjadi anak yang lebih baik
lagi dari yang kemaren-kemaren, serta kakak yang baik juga buat Riza.”
Cherry menghapus air matanya.
“Nah!
Karena semuanya sudah lengkap ada di sini, sekarang Cherry potong
kuenya, ya!” seru Gisel, seraya memberikan pisau kaca pemotong kue tart
kepada Cherry.
“Makasih, Gisel.”
Setelah
memotong kue tart, Cherry pun memberikan potongan pertama untuk Ayah
dan Bundanya. “Kue ini untuk Ayah dan Bunda, yang selama ini selalu
memberikan yang terbaik buat Cherry.”
Ayah dan Bunda Cherry terharu. “Makasih sayang …” jawabnya singkat, lalu kembali mencium kedua pipi Cherry.
“Kak Cherry, kue buat Riza mana, kak?” tagih Riza, yang sejak tadi sibuk mencolek krim dikue tart.
Semua
teman-teman Cherry tertawa dengan sikap polos Riza. “Iya deh!” ucap
Cherry, lalu kemudian memotong kue tart cokelat itu, dan memberikannya
kepada Riza.
“Terima kasih, kakak!” seru Riza dengan wajah ceria.
“Nah!
Potongan kue yang selanjutnya ini, aku berikan kepada dua sahabat
karibku, yang selama ini selalu menjadi penyemangat, dan tempat curhatku
… Gisel dan Karin.”
Semua teman-teman Cherry bertepuk tangan. Mimik wajah Gisel dan Karin terlihat tersipu malu.
“Terima
kasih, Cher! Kamu juga selalu menjadi sahabat yang baik buat kami.”
kata Gisel. Lalu tersenyum ceria, sambil merangkul Cherry bersama Karin
yang berdiri mengapitnya.
@auliasaad http://dunialiasaad.blogspot.com/2012/02/surprise-cerpen-lhia-3.html
@auliasaad http://dunialiasaad.blogspot.com/2012/02/surprise-cerpen-lhia-3.html
No comments:
Post a Comment