Thursday, June 21, 2012

Bersama Mata Raden Saleh

"Mata itu jendela jiwa"

Ungkapan ini biasanya baru pas kalau kita bertemu sama orang yang baru kita kenal, atau saat kita mau tahu perasaan teman kita.

Tapi ungkapan ini juga pas saat kami melihat lukisan Raden Saleh di Galeri Nasional. Hari Sabtu, 17 Juni 2012, tim PlotPoint akhirnya sempat juga datang sehari sebelum pameran berakhir. Pas sejam sebelum pameran ditutup. Rame! Sempat harus antri. Untungnya enggak separah pas hari Minggu. Senang deh lihat galeri seni penuh pengunjung.

Awalnya ekspetasi kami biasa aja. Maklum, angkatan ahistoris, siapa sih yang enggak tahu lukisan "Penangkapan Pangeran Dipanegara"? Tapi kami total blank lukisan beliau lainnya.

Tapi saat kami masuk dan melihat dengan mata dan kepala sendiri lukisan-lukisan Raden Saleh, baru lah kami ternganga-nganga dan merinding disko. Belum pernah kami melihat lukisan klasik yang begitu modern dan hidup: detilnya, mata para objek di dalam lukisannya, emosinya!

Lukisannya bisa terbawa terus di pikiran kita. Terutama yang adegan pertempuran manusia dengan singa atau harimau. Kamu bisa jadi penasaran: apa yang akan terjadi selanjutnya? Siapa orang-orang itu?

Anyway, posting ini untuk kamu yang enggak sempat datang atau mau mengenang lagi lukisan-lukisan Raden Saleh. Sayang sekali ya pamerannya cuma 2 minggu. Terima kasih khusus untuk pemerintah Jerman yang mau membiayai pameran ini serta kurator Werner Kraus yang selama 20 tahun berdedikasi untuk lukisan Raden Saleh. God bless! 

Perjalanan hidup Raden Saleh sendiri bisa kamu baca di wikipedia atau sebuah feature: "Pionir di Celah Dua Loka" di National Geographic Indonesia.

P.S: Silahkan klik foto untuk gambar yang lebih besar :) Mohon maaf kalau ada lukisan yang enggak ada namanya; pelajaran banget jangan ke pameran pas sejam sebelum tutup :(

Gak kaget lukisannya modern,
bahkan mukanya Raden Saleh aja modern :)





Pembuka pameran:

 Lukisan di awal Raden Saleh belajar di Eropa:














Raden Saleh  bertemu rombongan sirkus binatang pimpinan Henri Martin, yang mengunjungi Den Haag dari Paris. Saleh membuat banyak sketsa singa dan harimau milik Martin.





Selama pameran, beberapa kali orang yang lewat berhenti di sketsa singa ini dan bilang: "Lihat deh, kayak manusia ya."








foto ini courtesy sini

Lukisan favorit kami, judulnya: Mengintai.



Lukisan dua priyayi Jawa:


Lembar keterangan dari Galeri Nasional:







Raden Saleh bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar:






 












  















Tentang lukisan "Penangkapan Dipanegara":



Ini sketsa yang dibuat Belanda. Di sketsa ini pameran Dipanegara-nya dengan sukarela ikut:


Tapi bandingkan dengan lukisan Raden Saleh ini. Yep, this is the famous "Penangkapan Pangeran Dipanegara."








 

detil batiknya! Foto ini courtesy: @dondihananto




Ini lukisan masterpiece-nya: "Harimau Minum". Lukisan ini pasti bikinnya lama. Lihat detilnya. Kebayang kan intensitas melukisnya gimana? Menurut dokumenternya, Raden Saleh ramah dan lucu. Tapi penyendiri sejati saat melukis.












Yang suka ke puncak, ini dua lukisan Mega Mendung.




Detilnya: OMG!








Dua lukisan di bawah ini adalah lukisan gurunya Raden Saleh. Bagus sih, tapi tak se"hidup" Raden Saleh and I think that makes him a good teacher: Muridnya lebih jago ;)





Ini adalah litograf Raden Saleh saat dia berumur 11 tahun!













Nah, kalau ini adalah gambar sketsanya untuk buku belajar gambar. Kalau kata Fitri: "Gue enggak yakin yang punya buku itu bakal bisa gambar yang sama :))"















Raden Saleh hipster :D Bajunya ini baru dia pakai saat di Jerman. Sebelumnya dia lebih sering memakai beskap dan blangkon.


Selain bisa melukis, tulisan Raden Saleh bagus sekali :)








Selama pameran juga diputar dokumenter tentang hidup Raden Saleh. Sayang kami tak sempat nonton. Sempat ngintip sih dan pas banget di moment pencarian jati dirinya. Berikut narasinya:

"Banyak pelukis Eropa yang bingung mengapa Raden Saleh bisa membuat lukisan dengan adegan seperti itu. Menurunya, dia beruntung lahir dan hidup di Indonesia. Pengalamannya itu yang membentuknya."



 Dan ini kutipan dari dia. Sepakat? 




Semoga pameran lukisan seperti pameran Raden Saleh semakin sering ada ya dan enggak cuma dua minggu... dan semoga bisa pemerintah Indonesia yang ngadain :)



No comments:

Post a Comment

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan