Thursday, June 21, 2012

Filmmaking Workshop: Bringing Indonesian Films To The International Market


Pada 13 Juni 2012, perwakilan PlotPoint diundang ke Motion Picture Association & ICAD Filmmaking Workshop: Bringing Indonesian Films To The International Market. 

Workshop ini (mungkin lebih tepatnya disebut diskusi panel ya) mengundang banyak narasumber: Producer Mira Lesmana (Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta, Sang Pemimpi and Laskar Pelangi), Malaysian Producer/Writer/Actor Norman Halim (Cicak Man, Deadline, The Malay Chronicles and Vikingdom), Singapore-based CEO of Golden Village cinemas Kurt Rieder, Special Advisor, Ministry of Tourism & Creative Economy Cokorda Istri Dewi, Producer Maya Barack Evans (The Raid), Writer/Director Joko Anwar (Kala, Modus Anomali), Producer Shanty Harmayn (Sang Penari), Producer Meiske Taurisia (Postcards From The Zoo), CEO Fortissimo Films Michael Werner, Director/Writer/Producer Riri Riza (Laskar Pelangi), Writer/Director/Producer Teddy Soeriaatmadja, Producer/Director Gary Hayes (Eat, Pray, Love) and Producer/Director Lola Amaria (Miggu Pagi di Victoria Park).

Kami ingin berbagi hasil workshop ini, sayang kalau ilmunya enggak dibagikan. Diskusinya sebenarnya dalam bahasa Inggris. Beberapa hasil diskusi kami rangkum dalam Bahasa Indonesia. Maaf kalau ada yang salah, kami berusaha tetap verbatim kok. Maaf juga kalau ada kesalahan dalam penulisan nama (kayak undangan kawinan, hehe) dan kalau ada yang mau menambahkan silahkan di komentar yaa :D

PANEL1. SCRIPT DEVELOPMENT & FUNDING


Diskusi ini membahas mengenai development skenario, diisi oleh Joko Anwar, Riri Riza dan Teddy Soeriaatmadja


Joko Anwar, Riri Riza dan Teddy Soeriaatmadja


Darimana datangnya ide?

Joko Anwar
Saya dapat ide darimana saja. Sementara kita diskusi sekarang ini, di dalam kepala saya sudah ada 13 film yang berbeda. Saya mem-plot mereka dalam kepala saya. Biasanya film-filmnya adalah film genre.

Saya selalu menaruh sesuatu yang mempengaruhi saya di saat saya menulis cerita dan saya juga menaruh point of view saya tentang masalah yang sedang terjadi di Indonesia.

Riri Riza
Selama ini saya bekerja dengan cuma satu produser: Mira Lesmana di Miles Film. Film-film di Miles biasanya adalah kombinasi dari ide mereka dan terkadang orang-orang yang datang ke mereka (contoh: Laskar Pelangi).

Filmmaker harus bisa mem-filter ide yang ada. Pilih satu yang punya potensi sinematik. Cerita yang saya pilih biasanya 50% sesuatu personal, 50% sesuatu yang bisa dibagi ke orang banyak. 

Saya percaya dalam sebuah cerita si karakter harus punya motivasi yang jelas.

Kalau saya bekerja dengan penulis lain, biasanya saya dan produser akan kasih pengarahan saat kami berdiskusi.

Apapun kisah yang kamu ceritakan, selalu cari kisah yang kamu percaya!

Teddy Soeriaatmadja
Ide datang dan pergi. Ide saya selalu datang dari musik. 

Lovely Man berasal setelah saya mendengarkan musik klasik: Claire De Lune.

The Writing Process

Riri Riza
Saya tak menulis semua skenario film-film saya. Pada beberapa film saya menulis bersama penulis skenario lain.

Di film Atambua 39 Derajat Celcius saya menulis sendiri. Ide film itu muncul saat Miles Film sedang membuat dokumenter di Atambua. Sebuah kota kecil perbatasan Timor Timur dan Indonesia. Di f film Atambua, saya ingin punya tiga karakter. Saya kasih motivasi ke 3 karakter itu lalu menaruhnya ke "struktur tulang ikan".

Karena pemainnya adalah aktor non profesional maka saya membuang banyak dialog. Sehingga skenarionya tipis sekali, cuma 35 halaman.

Saya menyatakan skenario itu locked di draft kedua. Saya tidak bisa jawab kapan proses penulisan itu selesai. It just a feeling. Kadang-kadang kita bisa baru selesai di beberapa draft dan sebaliknya.

Dan ingat, kita tak pernah berhenti menulis sampai film dinyatakan picture locked! Kita menulis saat proses editing juga.


Joko Anwar
Saya menyetok ide dari banyak sumber: twitter, berita, film dan lainnya. And musics pops up the ideas. Saya suka sekali karakter. Saya menulis seperti proses mengajak anjing jalan-jalan (walking the dog): diikat lehernya tapi dibiarkan berjalan kemana mereka mau. Kalau sudah keluar ke daerahnya, bisa "ditarik" biar tak keluar.

Tulis latar belakang karakter lalu biarkan mereka bertualang dan mereka akan beri kamu "magical decision" untuk jalan ceritamu. Konflik harus dihasilkan karena karakter-karakter saling bersilangan. 

Karena itu saya tidak bisa selesai menulis skenario dalam satu kali draft. 

I believe mechanical stories wont last longer when its done.

Teddy Soeriaatmadja
Saya bukan penulis yang punya metode. Saya tak belajar menulis secara profesional. Sehingga kelemahan saya adalah struktur. 

Apa yang saya lakukan adalah berusaha menulis draft pertama. Setelah itu saya memilih apa yang saya suka atau tidak. Pada akhirnya, step by step, saya menghasilkan struktur yang baik.

Financing Process

Riri Riza
Kalau kita bekerja pada perusahaan (production house/PH) maka perusahaannya yang akan membiayai. Tapi kita juga bisa dapat pendanaan dari lembaga funding. Yang bisa dilakukan adalah menerjemahkan skenario ke bahasa Inggris, isi form dan kirimkan ke mereka.

Saya mendapat dana (istilahnya: grand) untuk skenario Gie dan 3 Hari Untuk Selamanya.
Skenario Gie salah satunya dari Hubbert Bals. Kalau 3 Hari Untuk Selamanya: dari Hubbert Bals dan Gotheburg Global Initiatives

Q&A
1. Apakah saat menulis menaruh perhatian pada siapa penontonnya? Berpengaruh pada financing?

Teddy Soeriaatmadja
Enggak. Pernah pada suatu waktu, tapi malah enggak berhasil.

Riri Riza
Tidak terlalu, tapi seorang filmmaker menonton film setiap saat sehingga dia akan tahu film seperti apa yang mau dibuat dan siapa penontonnya. 

Joko Anwar
I do. Saya berpikir seperti seorang pendongeng. Saya mau penonton saya menikmati filmnya.
Seorang penonton harus punya kebebasan untuk menulis, namun di sisi lain harus punya tanggung jawab pada investor.

Jadi kalau bikin filmnya bekerja sama dengan produser untuk tujuan komersial (hired project) maka seorang penulis harus bisa bekerja untuk produser dan harus accessible untuk penonton.

Tapi kalau projectnya adalah personal stories maka buatlah semaumu.

2. Bagaimana mencari pendana untuk penulis skenario pemula? 

Riri Riza
Miles film sendiri tidak punya sruktur untuk begitu. Karena setiap perusahaan punya kultur perusahaan masing-masing.  
Yang bisa penulis pemula lakukan adalah meriset setiap PH dan cari yang film-filmnya sesuai dengan skenarionya. 

Jangan kirimkan skenario. Karena kita tak punya waktu untuk baca. Cukup email sinopsis lengkap.

Alternatif lain lain adalah cari formulir pendanaan dari lembaga seni/film di internet. Isi dan kirim.

Idealnya negara punya badan pendanaan untuk project bagi first/second time writer/director. Tapi harus disandingkan dengan produser yang berpengalaman. 

Lembagaan pendanaan FINAS di Malaysia memberi dana untuk project film yang mereka lihat potensi untuk jadi box office. 

Saran Untuk Penulis Pemula

Riri Riza
It's good to have certain of movie so you have respect of the medium.
Do whatever that should make your movie good.
Spot a good story.

Teddy Soeriaatmadja
Learn the craft.
Dont try be a follower.
Dont try to be someone else.
Make a project as personal as you can.

Joko Anwar
Get to know the film business people. "Penetrate" the film people circle. 
Or make your own reputation with short movies.

PANEL2. DEVELOPING CO - PRODUCTION PROJECTS 



 Michael Werner, Lola Amaria, Gary Hayes dan moderator.

Diskusi ini membahas mengenai join production antara produser Indonesia dan asing. Diisi oleh Michael J Werner, Gary Hayes dan Lola Amaria.

Tapi maaf yaaa... Pas diskusi ini malah disibukkan dengan email dari kerjaan kantor -__-" Jadi enggak maksimal.

Satu yang sempat dicatat adalah sharing dari Lola Amaria saat mengerjakan Minggu Pagi Di Victoria Park yang shootingnya di Hong Kong. Lola bercerita kalau sistem produksi HK beda banget dengan di Indonesia. Di HK waktu bekerja terbatas 8 - 10 jam, beda sama waktu shooting di Indonesia yang bisa (nyaris) 24 jam. Mereka (para kru HK) bekerja cepat sekali sehingga bisa on schedule. Lalu, infrastrukturnya juga dipersiapkan untuk shooting. Sumber listrik ada dimana-dimana sehingga tak perlu bawa genset.

PANEL3. FUNDING
Diskusi ini membahas mengenai pendanaan film Indonesia oleh Shanty Harmayn, Mira Lesmana, Meiske Taurisia, Norman Halim dan perwakilan Menparekraf: Elithua (menggantikan Dewi Istri Cokorda).



 Norman Halim, Elithua, Mira Lesmana, Shanty Harmayn, Meiske Taurisa, 
moderator: Melissa Karim dan perwakilan ICAD.


Funding
Shanty Harmayn
Sumber pendanaan film terbagi dari tiga bagian: Soft money, Industry money dan Hard money.


Berikut presentasinya:







Ada revisi dari Norman Halim: Malaysia sudah YES semua. Good for them :)


Harus tanggung jawab pada investor. Ada sistem auditing karena hubungan investor-filmmaker harus dijaga. 

Mira Lesmana
Atambua 39 Derajat Celcius dibagi jadi 2 bagian 70% soft money dan 30% hard money.

Mereka dapat dana dari Hubbert Bals sebesar 20,000 euro Kemudian dapat dari Wujudkan.com 25% crowd funding: dapat Rp 311juta. Sekarang sedang mencari 10,000 euro untuk distribusi.

Hard money dari investor sebesar 30%. Sehingga BEP-nya tidak terlalu besar

Meiske Taurisia
Dua filmnya bersama Edwin dapat dana dari foreign film fund.

Funding yg dikenal: Italia Belanda Amerika
Hubbert Bals adalah fund dari foreign ministry
Torino adalah fund dari kota.

Agenda para pendana:
Kasih dana untuk negara dunia ketiga.
Ini adalah Cultural Capital

Untung bagi kota: mereka dapat distribution rights
Achievement economic.
Dapat tax payer.

Tanggung jawab audit. Kirim ke funders. 
Mereka biasanya akan minta proyeksi ke depan. 

Ini adalah ilustrasi pendanaannya, berdasarkan pengalaman pendanaan Babi Buta yang Ingin Terbang dan Postcard from The Zoo.




Norman Halim
KRU sudah 20 tahun berdiri. Sudah 10 film tayang dan 8 film post production.

Produksi film di Malaysia dapat 30% tax refund from expense (Singapore 40%)
Termasuk utk co production.

Pemerintah kasih dana 75mill USD.
Dikasih dalam bentuk Soft loans.
Juga ada grands from goverment utk bikin film ttg negara

Awalnya dari para filmmaker pada1980 bikin perkumpulan lalu lobby pemerintah
Wajib tayang 2 minggu. Kalau gak 15% penontonnya baru bioskop bisa cabut. 
After compulsory, pembagian rabat. Nanti rabatnya dikembaliin

Elithua

Akan dibangun Badan Perfilman Indonesia
Fungsi financing
SDM
Fungsi promotion
- Semi independent

Fungsi budaya: menparekraf
Fungsi edukasi: mendikbud

Q&A
Pengalaman Co Production? Waktu di Pusan Film Market ada yang mau kasih dana tapi mau utak atik cerita.

Mira Lesmana
Creative rights di Miles. Dari development sampai cari SDM dll

Biasanya pada pemberian grand, tidak ada yang ganggu proses kreatif.

Co Producer tertarik mau kerja sama dan mungkin akan mau masuk ke kreatif. 

Shanty Harmayn
Sama kayak mbak Mirles soal creative rights.
Harus selalu jelas siapa lead producernya?
Produser harus tahu kenapa mau co production? Apakah untuk grand atau untuk pasar distribusinya?
Co production itu biasanya pertemuan culture. Akan ada banyak konflik.
Semuanya tentang negosiasi.

Meiske Taurisia
Co production market.
Tak bisa nyamain semua kontrak.
Cari yang paling nyaman.
Selalu jadi lead producer.

PANEL4. SALES AND INTERNATIONAL MARKET
Diskusi ini membahas mengenai bagaimana menjual film secara internasional oleh Maya Barack, Michael Werner, Kurt Rieder dan Norman Halim.



 Kurt Rieder, Michael Werner, Norman Halim, Maya Barack, moderator: Marissa Anita.

Maya Barack Evans
We chose action genre because it doesnt need many dialogues. Visual is the universal language. 
Merantau: pencak silat
The Raid combine pencak silat, judo
We want to challange ourselves

Michael Werner
We found the movie that can acceptable in international market. Has universal values and emotions. 
Zhang Yang makes Full Circle. A story about new culture of China. Zhang bought YMCA rights and it easily makes people relate. 

You can make anything and dont sell it in your own country. 

We take chances. Sometimes you get it right. Sometimes not.

Kurt Rieder
We dont have formula. But we need audiences. Is there any audiences in our market?
Sometimes Small films can have more risk

Norman Halim
We develop concept for 3 years.
We use american writer to write.
Pre sales on script and Dominic with agent.

Their first time international production: 
Comedy hard to travel. Sell action!
First they made Dateline in Louisiana.

You need have different risk in every products!

You must have slate!!!

You must come out with something new. 

Maya Barack
What you can sell from the movie:
Theme song, merchandise, remake rights, international rights, theme park, games. 

The Raid make production blog. 2 languages. 

They use internet based promo: twitter, web, etc.

Kurt Reiner
You must think LOCAL MARKET first. If it flopped in your country, you  wont sell it in foreign country. 
As a producer you must think about marketing. Different market, different marketing strategies. 

Michael Werner
Find strong producer

No comments:

Post a Comment

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan