Kalau sebelumnya kita sudah kasih laporan tentang Akademi Bercerita non fiksi, sekarang giliran AkTa Cerpen yang kita ceritain.
Kelas Cerpen ini diikuti oleh delapan peserta, yaitu Aditya Rakhman, Astri Avista, Muhammad Winata, Norman Erikson, Ridha A. Rizki, Riesna Kurnia, Ryeska Fajar, serta Vivi Priliyanti. Delapan peserta ini akan berbagi keseruan mereka tentang ‘kehidupan bersama’ di kelas AkTa.
Saat ditanya kenapa mereka memilih untuk ikut kelas cerpen, kebanyakan dari mereka jawab kalau mereka ikut kelas ini sebagai wadah belajar mereka. Mereka menganggap kelas Akademi Bercerita ini sebagai ajang belajar yang sungguh-sungguh karena tidak dilaksanakan dalam kurun waktu harian saja.
Selain itu mereka dapat bonus untuk menerbitkan omnibook setelahnya. :D
Cerpen sebagai karangan fiksi, dipilih karena di dalamnya, mereka bisa bermain imajinasi, dan mengembangkannya secara liar. Menulis fiksi semacam mencipta dunia sendiri yang di dunia nyata mungkin tidak bisa terjadi.
Walaupun bebas berimajinasi, cerpen tetap punya kendala dalam penulisannya lho. Di awal pertemuan kelas ini, banyak peserta yang bingung menentukan ide tulisan. Di kelas ini peserta dikasih latihan-latihan yang bisa memancing datangnya ide. Selain itu ada juga yang mengalami hambatan dalam menulis kalimat efektif, belum bisa melakukan self-edit dengan baik, dan perihal waktu yang menjadi masalah utama banyak penulis.
Nah, di kelas AkTa Cerpen ini, Mas Arief juga ngajarin cara menuliskan karakter, plot dan setting; dan trik dalam pemilikan kata, membuat susunan kalimat yang baik dan tentunya melakukan editing.
Sekarang kita cerita tentang proses belajar di kelas AkTa Cerpen, yuk! Kelas yang satu ini sangat seru. Tapi, jangan bayangkan keseruan mereka hanya sebatas tawa yang nggak jelas ujungnya. Mas Arief selalu memberikan materi yang bagus, bikin lelucon, bikin tantangan yang nggak terduga untuk menggali ide, juga bikin sesi game untuk memanaskan imajinasi. Begitu sudah masuk proses penulisan, peserta AkTa Cerpen diminta untuk mengubah draft 1 mereka dan tulis ulang atau re-writing.
Nggak tanggung-tanggung, keseluruhan proses re-writing itu sampai 5 kali lho. Karena, prinsip dasar menulis adalah “Writing is re-writing”, proses itu sangat diperlukan untuk mengevaluasi tulisan kita. Selain itu, re-writing membutuhkan waktu, meskipun kamu bisa melakukannya kapan dan di manapun. Kelas AkTa cerpen ini diikuti dari berbagai macam latar belakang, ada yang suka menulis saja, bahkan ada yang tulisannya sudah dimuat di media cetak. Masing-masing dari mereka saling berbagi masukan yang konstruktif. Intinya sih, sharing pengalaman.
Meskipun namanya belajar gratis, tapi hasil akhirnya sangat menjanjikan lho. Setelah ikut kelas ini, mereka dikontrak untuk menuliskan tiga buah omnibook secara bersama-sama. Senang sekali setelah mereka menyelesaikan proses belajar di AkTa Jakarta, mereka masih punya semangat yang tinggi untuk terus belajar tulisan yang lain.
Kita tunggu ya omnibook dari alumni angkatan 1 kelas Akademi Bercerita Cerpen. Teman-teman lain yang belum berkesempatan ikut, tunggu terus kabar dari Akademi Bercerita Jakarta dan Jogja! Siapa tahu kamu bisa jadi peserta di angkatan selanjutnya.
aku pengen banget ikut kelas AKTA tapi tempat tinggal aku di lombok. andai saja kelas AKTA ada di lombok juga :(
ReplyDelete