Monday, April 9, 2012

Halaman Terakhir dari Radit




Oleh: @ranatiaputri


MOS.

Cerita hari ini tentang Masa Orientasi Siswa. Sesungguhnya aku sedikit anti sama masa orientasi. Karena setengahnya betul orientasi dan setengahnya lagi lebih ke-penggonjlokan. Di hari pertama mosku di SMA, aku harus membawa peralatan yang tidak lazim. Tas plastik, topi batok kelapa, kaos kaki dengan dua warna berbeda, kalung petai, atribut permen, dan berbagai macam lagi yang membuatku malu datang ke sekolah. “Kamu!” aku menoleh. “Kamu lengkap semua kan? Di pake ya semuanya jangan engga!” kata seniorku yang ceritanya sok-sok galak. Aku hanya mengangguk. Dan kembali berdiri tegap di depan temanku.

Kami berdiri cukup lama di pagi yang sudah terik ini, dan para senior malah asik mengobrol dengan teman-temannya. Tidak lama, datang seorang perempuan memakai nemtek. Kurasa, dia ketua osisnya. “Oke adik-adik, masa orientasi siswa ini kami adakan sealam tiga hari ya. Kita nggak akan galak-galak kok. Kami mengadakan permainan dan hadiah buat kalian yang menang. So, fun aja ya ngejalaninnya. Sambil kita juga biar bisa saling mengenal. Ada yang mau bertanya?” Alice, teman SMPku yang juga sekarang sedang menjalani mos di SMA yang sama denganku mengacungkan tangannya. “Ya, mau Tanya apa Dik?” kata ketua osis. “Tugas bawa ini-itunya nambah lagi nggak Kak setiap harinya?” tanya Alice. “Engga kok Dik. Tapi setiap hari harus kamu pakai ya..” ketua osis menjawab dengan senyuman. “Oke kak, terimakasih” Alice pun membalas senyumnya. “Besok jangan lupa bawa satu buku baru dan pulpennya ya, kita ada games. Terima kasih” kata ketua osis menambahkan. Berhubung ini hari pertama, aku sudah di perbolehkan pulang. Bagiku masa orientasi ini hanya buang-buang waktu. Datang dengan berpakaian yang nggak banget, lalu di suruh bawa yang aneh-aneh. Keluhku, dalam hati. “Heh, Keshia!” teriak Alice dari arah kanan. “Eh, hai.” kataku. “Kenapa lo? Lemes bener soooobbb!” “Bete gue. Apaan masa orientasi kayak gini. Penting emang?” “Eitsss. Sembarangan lo ngomong! Penting bangetlah! Emang lo nggak mau liat kakak-kakak osis yang kece? Emang lo nggak mau berkesempatan ngobrol sama kakak-kakak osis yang unyu? Kan dari mos kayak gini kita bisa kenal!” “Emang anak osis ganteng???” kataku dengan muka mengejek. Wah, nantangin nih orang. Liat aja besok! Lo pasti nganga liat kakak-kakak osis muncul. Hahahahaha” kata Alice sambil jalan merangkulku.

“Ayo semuanya baris yang rapi! Mau kakak absent dulu.” Pagi-pagi buta suntuk aku udah harus menjalani mos lagi di hari kedua. Aaaahhh, rasanya pengen cepat-cepat hari ketiga dan selesai sudah kegiatan ini. “Kamu bawa buku nggak?” “Bawa nih Kak” kataku sambil memperlihatkan bukunya. Alice menandakan jempol di tangannya kepadaku, menandakan “pintar”, karena sebenarnya buku itu milik Alice. Aku lupa membawa buku. Alice meminjamkannya kepadaku. Untung, ada Alice. “Sekarang taro tasnya masing-masing di kelas ya, lalu keluar lagi karena kita adain gamesnya di luar.” kata kakak yang berkulit sawo matang. Semua murid mearuh tasnya ke kelas dan kembali ke lapangan, termasuk Aku dan Alice. “Nah, begini permainannya. Kita semua osis di sini ada 20 orang, kalian harus meminta tanda tangan sama kita, anak-anak osis plus kalian harus tulis jabatan kita masing-masing. Tapi gak semudah yang kalian pikir lho dapat tanda tangan kita, kita nanti ngasih tanda tantangan sama kalian. Oke kan? Permainan di mulai dari sekarang ya!” kata ketua osis dengan semangat.

Apaaaalagi ini permainan. Ada-ada aja, terobsesi banget jadi artis ya kakak-kakak osis? Gerutuku. Lagi-lagi dalam hati. “Shia, ayoooo serbuuu kakak yang itu hahahahahhahaha” ajak Alice semangat banget. Aku berjalan menyeret. Malas. “Kak, aku minta tanda tangannya dooooong” Alice centil!!!! Aku memperhatikan. Aku berada di belakang Alice. “Oke, tapi kamu nyanyi dulu dong. Baru kakak kasih” dengan cepat Alice menuruti perintah kakak itu. Dasar bodoh! “Yesssss gue dapet!” kata Alice dengan gembira. “Radit. Ohhhhhh namanya Radit Shia kakak itu namanya Radit,!” kata Alice sambil menarik-narik lengan bajuku. Aku lagi-lagi memperhatikan. Memperhatikan mukanya, mukanya berseri-seri, berseri-seri menaruh sebuah harapan, harapan yang kurasa………. Kurasa itu hanya sementara. “Kamu! Mau tanda tangan aku juga?” kata Radit berbicara tepat bertatapan dengan mataku. Aku hanya terdiam. Terdiam memperhatikan lagi. Ganteng juga. Kataku, dalam hati. “WOYYYYY!!!! BENGONG!” kata Radit sambil menepok pipiku. Oh. My. God. Pipiku di tepok. Tangannya menyentuh pipiku. Pipiku di sentuh tangannya. Ah, ini berlebihan. Jangan sampai aku seperti Alice yang berseri-seri dan menaruh sebuah harapan. “Bukumu mana?” tanya Radit lagi. “Oh ini kak” kataku gugup. “Kamu sekarang nyanyi depan kakak-kakak osis yang lain lagu Cherrybell, Love is you tapi ganti lyricnya dengan “Radit, I love you, love you, love you so much! And I missyou, missyou when you’re gone. Se-ka-rang!!!” Sial. Kenapa musti aku yang nyanyi lagu itu dan di ganti lyricnya, depan kakak osis yang lain pula. Suka banget sih senior itu bikin juniornya malu. Kenapa harus aku??? Kenapa bukan Alice? Kenapa nggak yang lain? Kenapa!!!! Aku terus bertanya dan berjalan menuju kakak osis lain untuk bernyanyi. Nice. Puas sudah kakak osis menertawakanku. Puas sudah kak Radit membuatku malu. Aku kembali ke tempat kak Radit menungguku menyelesaikan yang di perintahnya. “Nih bukumu. Nih pulpenmu. Makasih ya udah menyeselesaikan tugasmu. Oh iya, beli buku baru sendiri dong. Jangan minjem. Hahahaha, satu lagi, lihat tulisan di halaman terakhir ya..” sambil berjalan meninggalkanku. Tulisan di halaman terakhir? Emang dia nulis apa? Ah, kurasa, itu hanya lelucon. Itu hanya guyonan. Ya ya ya, terserah.

“Oke adik-adik sekalian. Seru kan games hari ini? Sekarang kalian boleh pulang.” Kata ketua osis menutup acara. Seru apanya, di bikin malu iya. Huh. “Gileeee, love you so much niyeh Shia!” Alice lagi, merangkulku lagi, dengan khasnya lagi, yaitu bersemangat. “Lo semangat banget sih Al dari kemaren?” tanyaku. “Ih kok lo mengalihkan?? Hahahahaha” “Bukannya tadi lo ya yang semangat banget sama si Radit-Radit itu?” “Ih sorry layau, udah punya yang baru lebih kece namanya Ryan….. Anjir gue kelepek-kelepek! Hahaha” “Ya ya ya, atur aja neng.” Kataku sambil menarik Alice untuk jalan pulang. Akhirnya, aku sampai juga di rumah. Aku langsung bergegas ke kamar. Menaruh tas di kursi belajar, dan merebahklan badanku di tempat tidur sambil terpejam. Tiba-tiba, aku ingat sesuatu. Sesuatu yang aku anggap lelucon, yang aku anggap guyonan. Ucapan Radit! Ya, ucapan Radit. “Lihat tulisan di halaman terakhir ya..” Kali ini aku sedikit penasaran, apa yang di tulis Radit? Apa itu untukku? Tapi kan dia tahu aku meminjam buku itu kepada Alice, atau tulisan itu untuk Alice? Tapi mengapa dia bilangnya kepadaku untuk melihat tulisan di halaman terakhir? Banyak pertanyaan muncul di otakku.. Daripada penasaran, aku terbangun dan mengorek tasku untuk mencari bukunya. Ternyata, Oh, tidak. Bukunya hilang! Ah, bagaimana ini. Pasti Alice marah. Pasti Alice nggak percaya lagi sama aku. Pasti Alice…. Aaaahhh, aku panik. Aku menelepon Alice, “Al, lo udah ambil buku lo itu ya?” “Hah? Belum ah Shia, kan masih di lo terakhir emang kenapa?” “Aduuuh, bukunya hilang! Maaf yaa….” “Yaampun Shia, kirain kenapa. Santai, gak apa-apa kok. Tapi tugas mos lo tuh gimana, kan ada tanda tangan semua anak-anak osis” “Duh, gue pasrah deh. Paling di hukum. Yaudah, thanks ya Al nggak marah hahahaha” kataku mencerahkan suasana. “Anak pasrah! Hahahaha oke deh…” tut tut tut, Alice mematikan teleponnya.

“Selamat pagi adik-adik! Ketemu di hari ketiga nih sama aku dan kakak osis lainnya. Yang kemarin belum selesai minta tanda tangan sama kakak-kakak osis boleh di lanjut hari ini ya. Itu juga menentukan kelengkapan tugas kamu dalam kegiatan ini lho, siapa tau kamu yang jadi Queen atau Kingnya tahun ini! Good luck!” sapa ketua osis di pagi hari dengan ramah. Mati aja aku, ternyata tugas itu masih di ingat. Sedangkan bukunya hilang, kalaupun aku beli buku baru nggak akan bisa. Aku jadi di kasih tantangan duakali dong. Mana memalukan pula semuanya. Haaaahhh… “Haiiiii, pasti kamu belum baca tulisanku di halaman terakhir ya?” kata kak Radit yang tiba-tiba datang di hadapanku. “Emm.. Maaf kak, bukunya hilang.” Kataku sambil menunduk takut. “Tapi kamu nggak sedih kan?” tanyanya lagi. “Sedih? Gak kok kak. Untung Alice nggak marah sama aku” “Untung juga bukunya belum kamu kembalikan kepada Alice.” “Loh? Memang kenapa kak?” “Kan di buku itu ada tulisan di halaman terakhir untuk kamu” “Memang tulisan apa sih kak?” “Nih, aku beliin buku baru buat kamu. Kamu lihat saja tulisan di halaman terakhirnya” kata kak Radit sambil meninggalkanku. Dengan cepat aku membalikkan buku baru yang di berikannya kepadaku dan melihat tulisan di halaman terakhir, “Keshia, I love you. Love you so much, and I missyou, missyou when you’re gone.” Sebaris lyric lagu Cherrybell yang ia pernah perintahkan kepadaku tertulis di situ. Buku baru dari Radit, cara menyatakan perasaan paling romantis yang pernah kualami, sontak membuatku jatuh cinta detik ini juga kepadanya.




1 comment:

PALING BANYAK DIBACA

How To Make Comics oleh Hikmat Darmawan